Pemerintah Gencarkan Pemanfaatan EBT, Bagaimana Dampak ke Emiten Panas Bumi?
Pemerintah menggencarkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Seno Tri Sulistyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah menggencarkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil.
Langkah pemerintah tersebut dinilai membawa dampak positif terhadap kinerja perusahaan yang bergerak di EBT, satu di antaranya sektor panas bumi.
Saat ini, ada dua perusahaan sektor panas bumi yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Head of Research PT Yuanta Sekuritas Indonesia Chandra Pasaribu mengatakan, ada dua hal yang menarik dari bisnis PGEO yaitu secara fundamental kinerja dan dari sudut pandang pelaku pasar atau investor terhadap prospek yang dimiliki oleh saham energi terbarukan tersebut.
"Kalau kita bicara secara fundamental, dalam posisi dia (PGEO) sebagai emiten yang bergerak di sektor energi panas bumi, tentu saja tidak ada masalah. Sama sekali tidak ada masalah," ujar Chandra dikutip Sabtu (23/12/2023).
Proyeksi bahwa kondisi akan semakin membaik, kata Chandra, tidak lepas dari tren yang telah mulai digagas oleh pemerintah agar masyarakat dapat berpindah perilaku untuk memanfaatkan EBT
Ia menyebut, dengan adanya campur tangan langsung dari pemerintah terhadap pergerakan tren tersebut, maka segala hal pendukung untuk mewujudkan goals tersebut ke depan dapat dipastikan bakal semakin dipermudah.
Baca juga: Indonesia Siap Pacu Pemanfaatan 3,35 Gigawatts Energi Geothermal di 2030
"Dengan begitu, kalau kita bicara in fundamental case, of course investasi di (perusahaan) green energy semacam PGEO adalah pilihan yang tepat," tutur Chandra.
Chandra menilai, untuk menyebut bahwa secara fundamental PGEO memiliki prospek cerah dalam beberapa tahun ke depan karena pemerintah percepat proses transisi energi bersih di Indonesia.
Namun, Chandra mengingatkan, bahwa potensi yang bagus tersebut tidak bisa begitu saja disampaikan kepada pelaku pasar tanpa melihat preferensi dari pelaku pasar tersebut.
Baca juga: Lebarkan Sayap ke Pasar Afrika, Pertamina Geothermal Energy Kembangkan Potensi Panas Bumi di Kenya
Yang dimaksud Chandra adalah perbedaan cara pandang antara investor ritel atau perorangan, dengan investor institusi. Chandra meyakini bahwa ada perbedaan cara pandang yang sangat mendasar di antara dua jenis pelaku pasar tersebut.
“Kalau kita bicara ke investor ritel, mereka memiliki horizon investasi pendek sehingga terkadang bisa mengabaikan sisi fundamental. Sebaliknya, investor institusional memiliki orientasi investasi jangka menengah hingga panjang, sehingga perlu membatasi risiko investasinya dengan melihat fundamental,” papar Chandra.
Sementara itu merujuk pada laporan kuartal tiga 2023, Chandra melihat kinerja operasional PGEO ini cemerlang dengan total kenaikan produksi listrik dan uap sebesar 3.586 GWh.
Sementara itu, faktor kapasitas gabungan mencapai 86,0 persen, dengan uap sebesar 81,0% dan listrik sebesar 92,0% pada kuartal III 2023.
"Kami melihat momentum yang kuat bagi PGEO karena isu energi hijau yang saat ini sedang gencar disuarakan," tulis riset dari Yuanta Sekuritas dengan memberikan target harga pada saham PGEO sebesar Rp 1.420 per lembar saham.