Smelter PT ITSS di Morowali Meledak, Pengamat Energi: Bukti Investor Abaikan Standar Keamanan
Penerapan standar K3 seharusnya mengacu pada standar internasional, bukan standar nasional maupun standar China.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyoroti investor smelter mengabaikan mining safety standard atau standar keselamatan industri pertambangan berkaca dari insiden meledaknya fasilitas smelter di Morowali.
"Meledaknya smelter di Morowali makin membuktikan bahwa investor smelter abaikan mining safety standard," kata Fahmy saat dihubungi Tribunnews, Rabu (27/12/2023).
Ada indikasi, lanjut dia, bahwa Pemerintah lebih mementingkan kepentingan investor ketimbang keselamatan kerja karyawan. Sebab, penerapan standar K3 seharusnya mengacu pada standar internasional, bukan standar nasional maupun standar China.
Baca juga: Respons Pemerintah China soal Ledakan Smelter PT ITSS di Morowali
"Investor China biasanya cenderung minimizing cost, termasuk mining safety cost," kata Fahmy.
Pemerintah diminta memberlakukan safety International standard atau standar keselamatan internasional dengan nol kecelakaan kepada seluruh investor.
"Termasuk investor China. Jangan lebih mementingkan masuknya investor smelter dengan mengabaikan safety system," tutur Fahmy.
Lalu, pemerintah secara reguler perlu mengadakan audit keselamatan untuk memastikan bahwa sistem keselamatan bekerja sesuai standar.
Sebelumnya, terjadi ledakan tungku smelter terjadi di PT ITSS, salah satu tenant yang beroperasi di kawasan PT IMIP. Kecelakaan kerja terjadi sekitar pukul 05.30 dan mengakibatkan 51 korban. Kini 19 korban di antaranya dilaporkan meninggal, sedangkan sisanya mengalami luka ringan dan berat.
Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan menyampaikan, insiden itu bermula dari kecelakaan yang dialami sejumlah pekerja saat melakukan perbaikan tungku dan pemasangan pada bagian tungku.
Berdasarkan hasil investigasi awal, ledakan diperkirakan terjadi karena di bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan. Walhasil, ledakan terjadi saat perbaikan.
Di lokasi juga terdapat banyak tabung oksigen yang digunakan untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku.
"Akibatnya, ledakan pertama memicu beberapa tabung oksigen di sekitar area ikut meledak," ujar Dedy melalui keterangan tertulisnya.