Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Akademisi Minta Pemerintah Indonesia Antisipasi Perlambatan Ekonomi China

Peneliti Paramadina Public Policy Institute, Muhamad Iksan, mengatakan kondisi ekonomi China pasca pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Akademisi Minta Pemerintah Indonesia Antisipasi Perlambatan Ekonomi China
Istimewa
Dosen Universitas Pelita Harapan (UPH) Johanes Herlijanto (kiri), peneliti pada Paramadina Public Policy Institute, Muhamad Iksan (tengah), pada diskusi berjudul ‘China, Asia Tenggara, dan Indonesia,’ yang diselenggarakan oleh Forum Sinologi Indonesia (FSI). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Paramadina Public Policy Institute, Muhamad Iksan, mengatakan kondisi ekonomi China pasca pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih.

Indonesia, menurut Iksan, perlu mempersiapkan langkah antisipatif menghadapi fenomena perlambatan ekonomi China.

"Salah satu yang perlu Indonesia lakukan adalah menjaga keseimbangan dalam hubungan ekonomi dengan China dan dengan negara-negara lainnya, termasuk dengan Amerika Serikat,” tutur Iksan melalui keterangan tertulis, Jumat (29/12/2023).

Hal tersebut diungkapkan oleh Iksan pada diskusi berjudul ‘China, Asia Tenggara, dan Indonesia,’ yang diselenggarakan oleh Forum Sinologi Indonesia (FSI).

Menurut Iksan, perlambatan ekonomi Republik Rakyat China tersebut dapat dilihat dari beberapa indikasi, salah satunya adalah melemahnya permintaan dalam negeri. 

Sebagai contoh, pada periode Januari hingga Februari 2023, pertumbuhan penjualan ritel hanya menyentuh 18,4 persen.

Berita Rekomendasi

"Angka ini masih berada di bawah perkiraan para analis, yang sebelumnya memperkirakan bahwa pertumbuhan ritel di China akan tumbuh sebesar 21 persen pada periode di atas," tutur Iksan.

Ketua FSI Johanes Herlijanto berpandangan bahwa perlambatan ekonomi China di tahun 2023 merupakan kelanjutan dari kondisi di tahun-tahun sebelumnya.

Menurutnya, kondisi tersebut muncul bersamaan dengan masalah-masalah terkait, salah satunya adalah krisis properti  yang  sudah mulai terlihat setidaknya sejak pertengahan tahun 2022. 

Selain itu, terdapat pula permasalahan lain, seperti pengangguran, menggelembungnya hutang dalam negeri yang membebani pemerintah-pemerintah daerah di China, serta berkurangnya daya beli masyarakat.

"Uniknya, masalah pengangguran tersebut muncul bersamaan dengan permasalahan sulitnya pabrik-pabrik memperoleh tenaga kerja,” ucap Johanes.


Menurutnya, bersamaan dengan permasalahan-permasalahan tersebut, muncul pula kecenderungan sebagian anak-anak muda untuk menjadi ‘kaum rebahan’ (tangpingzu).

Mereka memilih untuk menjalani hidup santai atau bahkan menjadi ‘anak penuh waktu.’

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas