Menteri Trenggono: Pembangunan Tanggul Laut Raksasa Pantura Perhatikan Aspek Ekologi
Sakti Wahyu Trenggono meminta agar pembangunan Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall di Pantura Jawa bisa memperhatikan aspek ekologi.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
Ia lalu memaparkan studi milik JICA yang menunjukkan bahwa pertumbuhan di kawasan Pantura itu 20 persen dari GDP Indonesia.
Hal itu merupakan buah dari kegiatan industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata yang terjadi di situ.
Airlangga pun mengatakan, penduduk di Pantura yang berjumlah 50 juta itu akan terdampak akibat banjir rob yang terjadi.
"[Banjir rob] tidak hanya membahayakan kelangsungan ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga kehidupan masyarakat," kata Ketua Umum Partai Golkar itu.
Ada 70 kawasan industri di utara, 5 kawasan ekonomi khusus, dan 5 wilayah pusat pertumbuhan yang akan terdampak bila bahaya di Pulau Jawa ini tidak segera ditangani.
"Nah ini tentunya aset ini yang kita sering disebut sebagai North Java Corridor. Ekonomi ini akan terganggu kalau banjir rob," ujar Airlangga.
Ia kemudian mengungkapkan estimasi kerugian ekonomi akibat banjir tahunan diperkirakan untuk di Jakarta saja sebesar Rp 2,1 triliun per tahun.
"Jadi hanya di Jakarta. Sehingga tentu dalam 10 tahun bisa Rp 10 triliun kerugiannya," kata Airlangga
Menurut dia, kerugian ini akan berakibat langsung pada kehilangan kesempatan (opportunity cost).
Dia bilang, karena terdapat kebutuhan suplai air baku dan sanitasi di wilayah utara, permasalahan ini perlu diitervensi pemerintah melalui kebijakan.
Salah satunya melalui pembangunan Tanggul Pengaman Pantai dan Sungai, serta pembangunan sistem polder dan pompa di wilayah Utara Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
Pembangunan itu juga merupakan salah satu Proyek Startegis Nasional (PSN) yang diharapkan pembangunannya dapat selesai pada akhir 2024.