Impor Beras Indonesia Tahun 2023 Melonjak 6 Kali Lipat, Tembus 3,06 Juta Ton
Impor beras tahun 2023 naik enam kali lipat jika dibandingkan dengan total impor di sepanjang tahun 2022 yang sebesar 429,21 ribu ton.
Editor: Choirul Arifin
Saat ini Indonesia memerlukan produksi beras yang mampu melebihi dari 1 juta hektar per bulan.
Apabila tidak, diperkirakan neraca pangan akan mengalami defisit. “Kalau kita tidak menanam sampai dengan 1 juta hektar, maka neraca pangan kita defisit," ujar Arief.
Baca juga: Bulog: 100 Ribu Ton Beras Impor dari 4 Negara Sedang Perjalanan ke Indonesia
Namun, setelah November dan utamanya pada Desember, dia bilang sudah ada hujan turun di beberapa tempat.
"Ini memang agar secara optimal, kita bersama-sama harus mendorong untuk tanam,” kata Arief.
Dalam KSA (Kerangka Sampel Area) oleh BPS (Badan Pusat Statistik), disebutkan bahwa areal tanam di bawah 1 juta hektar.
Produksi selama sebulan, dengan proyeksi tiga bulan ke depan penanaman di bawah 1 juta hektar, estimasinya sebesar 900 ribu ton sampai 1,1 juta ton.
Arief mengatakan, angka itu akan di bawah kebutuhan konsumsi bulanan RI, yaitu 2,5-2,6 juta ton.
"Nah ini harus diantisipasi oleh kita semua. Bapak Presiden Joko Widodo telah perintahkan untuk mempersiapkan produksi dalam negeri," ujarnya.
Ketersediaan Pasokan Pangan Harus dari Dalam Negeri
Arief mengatakan, ketersediaan pasokan pangan nasional tetap harus mengutamakan produksi dalam negeri.
“Perlu disampaikan ke masyarakat, bahwa kita tidak bangga melakukan importasi. Jadi ini harus diketahui oleh seluruh pihak, kita tidak bangga," katanya.
"Untuk ketersediaan nasional, kita harusnya memang mempersiapkan dengan baik dengan bersumber dari di dalam negeri. Jadi tetap mengutamakan produksi dalam negeri,” imbuhnya.
Ia menyebut, ketahanan pangan nasional RI harus berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.
Jadi, untuk komoditas pangan yang bisa diproduksi sendiri dari dalam negeri, Arief mengatakan hal tersebut harus dioptimalkan.
Ia ingin agar perekonomian itu tidak berada di luar negeri, tetapi digeser ke Indonesia.
"Tentunya di-lead oleh kementerian teknis dan kita dukung bersama-sama. Nah Badan Pangan Nasional lebih ke arah pasca panen,” ujar Arief.
Laporan reporter: Bidara Pink | Sumber: Kontan