Potensi Lahan Nikel Sebesar 1,2 Juta Hektar, Kementerian ESDM Ingin Investor Bereksplorasi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, potensi eksplorasi nikel masih sangat besar.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah menginginkan para investor melakukan eksplorasi terhadap cadangan nikel di Indonesia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, potensi eksplorasi nikel masih sangat besar.
Sekretariat Badan Geologi, Siti Sumilah Rita Susilawati menyatakan, lokasi greenfield untuk komoditas nikel masih cukup luas.
Baca juga: Hilirisasi Nikel Berdampak Positif, Analis Proyeksi Kinerja Antam Tumbuh 10 Persen
“Dilihat dari formasi potensi nikel 2 juta hektare (Ha), saat ini baru 800.000 Ha saja yang sudah jadi Izin Usaha Penambangan (IUP), ada potensi 1,2 juta Ha yang belum dieksplorasi,” kata dia pekan lalu.
Asal tahu saja, cadangan komoditas nikel di Indonesia masih menjadi yang terbesar di dunia atau setara dengan 23 persen cadangan di dunia.
Total, Indonesia memiliki sumber daya nikel mencapai 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan jumlah cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam.
Selain itu, terdapat beberapa wilayah yang memiliki kandungan nikel tetapi belum dieksplorasi yang tersebar di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif menjelaskan pemerintah membuka kesempatan bagi pihak lain untuk mengembangkan semua komoditas mineral maupun batubara di Indonesia.
“Baik itu melalui lapangan yang sudah ada, maupun yang masih hijau (greenfield) atau di daerah yang belum dieksplorasi,” ujarnya ditemui di Menara Kompas, Selasa (3/10).
Baca juga: Dua Smelter Nikel Terbakar, Serikat Pekerja: Pemerintah Main-main
Pemerintah berharap ada perusahaan yang masuk untuk eksplorasi di greenfield untuk menambah cadangan mineral di dalam negeri.
“Dari industri yang sedang berjalan melakukan eksplorasi detail, green field masih diupayakan, ada juga yang berminat. Nah yang berminat ini menunggu surat penugasan dari PP wilayah belum turun, kan aturan setelah itu ada aturan turunannya,” kata Irwandy.
Namun dari sisi pengusaha, Direktur Utama Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Alexander Barus menjelaskan, eksplorasi greenfield membutuhkan biaya yang mahal.
“Peluang keberhasilan tergantung, tetapi bisa saja gagal untuk itu kita swasta siap saja, tetapi harus ada kompensasi jika gagal, bagaimana insentif ini,” kata Alexander dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, eksplorasi untuk menembukan cadangan mineral tambahan, khususnya nikel sangatlah penting. Beberapa pihak mengkhawatirkan, 10 tahun lagi Indonesia kehabisan nikel yang bernilai ekonomi dan dapat ditambang.
“Bisa saja ada nikel tetapi tidak memungkinkan ditambang,” ujar dia. Selain soal kompensasi, Barus juga meminta agar pemerintah menjabarkan hitung-hitungan risiko dari eksplorasi baru di wilayah tersebut. (Arfyana Citra Rahayu)