Cegah Greenflation, Pemerintah Perlu Gairahkan Iklim Investasi Ramah Lingkungan di Daerah
Green jobs ini adalah lapangan kerja di bidang kelestarian lingkungan, ini adalah tren peluang kerja masa kini dan masa depan.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Topik mengenai greenflation yang dilontarkan oleh Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming dalam Debat Cawapres ke 4 menjadi perbincangan yang cukup hangat dalam dunia maya.
Dalam pidato awal Debat Cawapres Kedua, Gibran menjanjikan bahwa jika Prabowo dan dirinya terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, melalui hilirisasi, pemerataan pembangunan, transisi energi hijau, ekonomi kreatif, UMKM bisa menumbuhkan 19 juta lapangan kerja dimana 5 juta di antaranya adalah green jobs.
"Green jobs ini adalah lapangan kerja di bidang kelestarian lingkungan, ini adalah tren peluang kerja masa kini dan masa depan," ungkap Gibran.
Berkenaan dengan hal ini, dalam sebuah acara diskusi di Kota Bekasi, Sigit Raditya mengungkapkan bahwa Kota Bekasi memiliki potensi yang besar bagi Pemerintah untuk menerapkan kebijakan pembangunan berkelanjutan terkait greenflation di Indonesia.
"Greenflation pada intinya adalah merupakan naiknya harga produk ramah lingkungan akibat tingginya permintaan masyarakat terhadap bahan bakunya, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokannya, " ujar Sigit.
Menurut caleg DPR RI Nomor Urut 1 Partai Demokrat di Dapil Kota Bekasi dan Depok, setidaknya ada 3 (program pemerintah yang dapat ia dorong saat terpilih menjadi Anggota DPR RI khususnya di Kota Bekasi.
Yaitu hilirisasi sampah, optimalisasi PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) Bantar Gebang Bekasi, dan memberikan insentif bagi korporasi yang bisa menciptakan lapangan kerja baru di bidang ekonomi hijau.
"Pemerintah perlu gairahkan iklim investasi industri ramah lingkungan di Bekasi," ungkap Sigit.
Baca juga: Ekonomi Hijau dan Pembangunan Rendah Karbon Bisa Ciptakan 15,3 juta Pekerjaan Baru sampai 2045
Dalam kesempatan terpisah, Andri Krisnanto, pakar keuangan dan investasi yang juga CEO RNA Kapital Manajemen mengungkapkan, saat ini nilai investasi di sektor ramah lingkungan seperti PLTSa masih tinggi dan belum mencapai skala ekonomis yang diharapkan.
Baca juga: Mahfud MD: Orang Madura Lebih Dulu Atasi Greenflation
"PLTSa Benowo dengan kapasitas 10 MW investasinya adalah US$ 50 juta, sementara di Jakarta untuk 38 MW investasinya US$ 324 juta. Memang investasi per kWh ini sangat mahal," ungkap Andri.
"Maka dari itu diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan antara Pemerintah dan Swasta, yang semuanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan," ujar Andri.