Muncul Pesan Berantai Kerjasama Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Batal, Begini Tanggapan KCIC
Proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya belum masuk dalam tahap pembicaraan masa konsesi apakah seperti rute Jakarta-Bandung selama 80 tahun atau tidak
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Eko Sutriyanto
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo (Tiko) menjelaskan, pemerintah bersama China tengah mengkaji pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
Menurutnya, kajian tersebut menyangkut dengan studi kelaikan atau Feasibility Study (FS) maupun pendaan dari transportasi tersebut.
“Jadi kita baru mulai kesepakatan dengan pihak China untuk memulai join study itu tapi butuh waktulah enggak mungkin 2 minggu,” ucap Tiko, sapaannya.
“Tapi kita sebagai BUMN join study bersama China untuk kita lihat feasibility maupun cost projek secara keseluruhan,” imbuhnya..
Tiko mengatakan bahwa kajian tersebut juga nantinya akan mengarah pada untung rugi daripada pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya.
“Kita lihat nanti, tentunya secara komersial China harus melihat apakah feasibility atau nggak dan berapa projek cost-nya, jadi ya kita kasih kesempatan mereka dan mereka tidak langsung bilang iya,” jelasnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, ada kesepakatan dengan China untuk meneruskan pembangunan kereta cepat hingga Surabaya.
Hal itu dikatakannya melalui unggahan video di akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan.
Luhut menyempilkan informasi bahwa bunga pinjaman yang ditawarkan China pada proyek kali ini jauh lebih murah dibandingkan bunga yang ditawarkan negara-negara lain.
“Pak Jokowi mau Kereta Cepat Jakarta-Surabaya diterusin, tadi saya dengar perjanjian dengan China juga jalan.
Malah bunganya jauh lebih murah daripada bunga yang ditawarkan negara lain,” ujarnya.
Teknologi yang dimiliki China juga sudah dapat dibuktikan bisa mewujudkan Indonesia memiliki kereta api cepat Jakarta-Bandung.
“Kita sudah buktikan dan kita sudah punya pengalaman. Kan ini masalah kunci pertama ini pembebasan tanah yang tidak jelas-jelas itu. Sekarang dengan kita punya pengalaman, we don’t have a problem anymore,” kata Luhut. (Tribun Network/Reynas Abdila)