Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Dunia Ambrol 7 Persen, WTI Diobral Jadi 72,28 Dolar Per Barel

Harga minyak mentah dunia selama dua pekan terakhir dilaporkan anjlok sebesar 7 persen

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Harga Minyak Dunia Ambrol 7 Persen, WTI Diobral Jadi 72,28 Dolar Per Barel
Oilprice.com
Ilustrasi pengeboran minyak 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak mentah dunia selama dua pekan terakhir dilaporkan anjlok sebesar 7 persen, usai mencuatnya isu terkait rencana gencatan senjata yang akan dilakukan militer Israel dengan pejuang Hamas di Gaza.

Mengutip data dari laman Oilprice, pada perdagangan akhir pekan harga minyak mentah Brent anjlok 1,74 persen menuju ke harga 77,33 dolar AS per barel. Begitu pula dengan minyak mentah WTI yang harganya diobral jadi 72,28 dolar AS per barel setelah ambles 2,09 persen.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Brent dan WTI Kompak Naik Lagi

Penyusutan harga minyak mentah dunia ini diduga akibat dari laporan mengenai kesepakatan gencatan senjata yang akan dilakukan Israel dan Hamas selama 35 hari.

Meski masih tahap wacana dan Hamas mengatakan pihaknya sedang meninjau perjanjian tersebut, namun apabila gencatan senjata Israel-Hamas benar – benar terjadi, maka hal tersebut dapat meredakan ketegangan konflik di Timur Tengah dan membuat Houthi menghentikan serangan terhadap kapal minyak yang berlayar di Laut Merah.

"Harga minyak dunia mengalami penurunan seiring meredanya tensi geopolitik di Timur Tengah. Israel dan kelompok militer Hamas dilaporkan sedang dalam proses negosiasi untuk melakukan gencatan senjata. Hal ini telah mempengaruhi pasar minyak global, menciptakan peluang penurunan harga," ujar Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer.

Selain isu gencatan senjata, ada sejumlah faktor lain yang mengerek turun harga minyak seperti sikap Hawkish bank sentral AS, The Federal Reserve (the Fed) yang memutuskan untuk menahan suku bunga pada level tinggi.

Baca juga: Serangan AS dan Inggris ke Pangkalan Militer Houthi Bikin Harga Minyak Mentah Naik di Atas 2 Persen

Berita Rekomendasi

Imbasnya, indeks dolar AS (DXY) tetap kuat yang membuat permintaan minyak tak terlalu atraktif. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi ekonomi Tiongkok yang masih lesu.

Dalam laporan International Monetary Fund (IMF) yang terbit Jumat (2/2/2024) memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi China akan melambat dari 5,2 persen pada 2023 menjadi 4,6 persen di tahun 2024, dan kembali anjlok 3,4 persen pada 2028.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas