Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Nikel Global Tersungkur Gara-gara Produk Indonesia, Perusahaan Tambang Dunia Bertumbangan

harga nikel yang di pasarkan di London Metal Exchange ditutup menurun 0,58 persen anjlok dikisaran harga 15.927 dolar AS

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Harga Nikel Global Tersungkur Gara-gara Produk Indonesia, Perusahaan Tambang Dunia Bertumbangan
Australia Ming
Ilustrasi penambangan nikel di Australia 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM. JAKARTA – Harga nikel dunia kembali melanjutkan tren penurunan, menurut data yang dihimpun dari London Metal Exchange (LME) harga nikel telah turun hingga 50 persen dalam jangka waktu setahun terakhir.

Imbas kemerosotan ini, harga nikel yang di pasarkan di London Metal Exchange ditutup menurun 0,58 persen anjlok dikisaran harga 15.927 dolar AS per ton pada penutupan perdagangan Selasa (6/2/2024).

Melansir dari laman lokal asal Amerika, ABC News penyebab utama amblasnya harga nikel dunia pada pasar global terjadi akibat meningkatnya pasokan dari Indonesia yang merupakan negara dengan sumber daya nikel terbesar di dunia.

Baca juga: Industri Nikel Australia Terpukul Indonesia, Nickel Industries Beri Bantuan ke Pesaing

Namun pasca China membangun pabrik pengolahan nikel di Indonesia, perdagangan nikel mulai mencatatkan pertumbuhan tembus 47 persen menjadi 7,92 juta metrik ton pada tahun 2023.

Sayangnya pasokan nikel di Indonesia terus meningkat, tidak dibarengi dengan adanya lonjakan permintaan dari pasar global. Alasan ini yang mendorong harga nikel terjun lebih jauh dari harga pasaran.

"Pasar nikel berada dalam kekacauan setelah membanjirnya pasokan baru dari Indonesia yang merupakan akibat dari investasi besar-besaran Tiongkok dan terobosan teknologi besar-besaran," tulis laporan di The Business Times.

Tambang Dunia Gulung Tikar

BERITA TERKAIT

Imbas stok produksi nikel yang terus surplus, pertambangan di seluruh dunia kini gulung tikar. Adapun fenomena penutupan tambang nikel turut dialami oleh penambang-penambang top global seperti BHP Group, Panoramic Resources Ltd, IGO Ltd, Wyloo Metals Pty Ltd, dan First Quantum Minerals Ltd.

Fenomena penutupan operasi tambang nikel di beberapa negara sejatinya merupakan strategi para perusahaan dalam mempertahankan proses bisnisnya.

Ketika harga nikel sedang jatuh, perusahaan biasanya akan mengambil langkah terminasi operasi untuk menekan biaya produksi yang berbanding terbalik dengan potensi pendapatan. Namun apabila harganya kembali di level tertentu, maka tambang tersebut dibuka kembali.

Baca juga: Pengusaha Klaim Turunnya Harga Nikel Tidak Terlalu Penting di Indonesia

Efek Riak Anjloknya Harga Nikel

Tak hanya memicu kebangkrutan bagi pasar nikel, surplus yang dihadapi penambang Indonesia juga memicu efek riak seperti mengerek turun harga lithium hingga anjlok sebesar 81 persen.

Menurut Benchmark Mineral Intelligence, harga lithium selama setahun terakhir jatuh lebih dari 81 persen ke level terendah sejak 2020, yaitu 13.200 dolar AS per ton.

Penurunan harga juga telah memukul para produsen litium, dengan Sprott Lithium Miners ETF jatuh ke posisi terlemah sejak didirikan pada Februari, dan Global X Lithium & Battery Tech ETF jatuh ke posisi terendah sejak 2020.

Mencegah meluasnya dampak negatif dari penurunan harga nikel dunia, pasar global meminta Indonesia untuk menekan operasi tambang nikel. Hal serupa juga diserukan Bank Dunia yang meminta Indonesia untuk mengurangi produksinya lantaran 253.000 ton kapasitas pertambangan nikel berada dalam risiko.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas