Rupiah Bergerak Fluktuatif, Simak Sentimen yang Mempengaruhinya
Pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah sepanjang hari ini bergerak fluktuatif.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah sepanjang hari ini bergerak fluktuatif.
“Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.610 - Rp.15.670,” kata Ibrahim, Selasa (20/2/2024).
Dalam perdagangan kemarin sore, mata uang rupiah ditutup melemah 7 point setelah sempat melemah 15 point dilevel Rp. 15.631 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.623.
Baca juga: Rupiah Jumat Pagi Tertekan, Gara-gara Hasil Quick Count Pilpres? Ini Penjelasan Analis
Ibrahim memaparkan sejumlah sentimen yang membuat rupiah melemah terhadap dolar AS.
Menurutnya dari faktor eksternal adalah kenaikan harga produsen yang dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja merupakan yang terbesar dalam lima bulan terakhir dan menyusul laporan harga konsumen yang lebih panas dari perkiraan pada hari Selasa pada bulan lalu.
Pasar AS akan tutup pada hari Senin untuk libur Hari Presiden.
Selain itu, data menunjukkan inflasi indeks harga produsen AS tumbuh lebih dari perkiraan pada bulan Januari.
“Angka tersebut, yang muncul hanya beberapa hari setelah data inflasi indeks harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan, membuat para pedagang semakin memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve tahun ini,” urainya.
Dana Fed berjangka memperkirakan hanya ada 10,5 persen peluang penurunan suku bunga di bulan Maret dan 33,7 persen kemungkinan pelonggaran di bulan Mei, menurut FedWatch Tool dari CME Group.
Pada awal tahun, kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan Maret adalah 79 persen.
Baca juga: Usai Pencoblosan Pilpres, IHSG dan Rupiah Kompak Menguat, Ini Sikap Pengusaha Hingga Pilihan Saham
Di Asia, pasar Tiongkok memulai kembali perdagangan dengan hati-hati, karena para pedagang menunggu untuk melihat apakah peningkatan belanja selama liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu akan bertahan dalam beberapa minggu mendatang.
“Bank sentral juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pinjaman tidak berubah pada hari Selasa, meninggalkan suku bunga pada rekor terendah,” jelas dia.
Sementara faktor internal, Ibrahim menyampaikan bahwa pasar terus mengamati Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) mengindikasikan kinerja penjualan eceran pada Januari 2024 diprakirakan meningkat secara tahunan, namun terkontraksi secara bulanan.
Hal tersebut tecermin dari IPR (indeks penjualan riil) Januari 2024 yang tercatat sebesar 216,0 atau secara tahunan tumbuh 3,7 persen yoy.
Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan mayoritas kelompok, terutama kelompok barang lainnya khususnya pada subkelompok sandang sebesar 15,4 persen yoy.
Disusul oleh kelompok perlengkapan rumah tangga Lainnya 5,4 persen yoy, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau 5,3 persen yoy.
Sementara itu, Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi mengalami perbaikan meski masih berada pada fase kontraksi sebesar 21,8 persen yoy.
Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diprakirakan terkontraksi 1,0 persen mtm, lebih rendah daripada bulan sebelumnya yang tumbuh 4,9 persen mtm.
“Penurunan ini sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat setelah periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan libur tahun baru serta faktor cuaca,” tukasnya.