Di Balik Tren Penjualan Listrik yang Naik, Masih Ada 185 Ribu Rumah Tangga Belum Teraliri
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, tren penjualan dan jumlah pelanggan tenaga listrik di Indonesia
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, tren penjualan dan jumlah pelanggan tenaga listrik di Indonesia mengalami pergerakan yang positif.
Adapun, data penjualan listrik menunjukkan peningkatan penjualan menjadi 285,23 TWh pada tahun 2023 dari penjualan sebesar 270,82 TWh pada tahun 2022.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Havidh Nazif mengungkapkan, dengan kata lain, terdapat peningkatan sebesar 14,41 TWh atau 5,32 persen dari tahun sebelumnya.
Baca juga: PLN Dapat Komitmen Hibah dari AS untuk Studi Pengembangan Mini-Grid EBT di Daerah 3T Indonesia Timur
Namun dibalik itu, rasio elektrifikasi di Tanah Air belum 100 persen. Hal ini terlihat dari masih adanya 185 ribu lebih rumah tangga yang belum teraliri listrik.
Havidh menuturkan, meskipun mengemban tanggung jawab yang besar dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di seluruh Indonesia, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan ESDM optimis dapat mencapai target-target yang telah ditetapkan.
Berbagai langkah strategis ditetapkan dalam upaya pemenuhan rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik di Indonesia mencapai 100 persen, meskipun kondisi geografis dengan karakteristik topografi yang beragam menjadi tantangan tersendiri dalam pemerataan penyediaan tenaga listrik.
"Hingga akhir tahun 2023, masih terdapat 185.662 rumah tangga yang tersebar di 140 desa yang belum teraliri listrik. Desa-desa tersebut terkonsentrasi di Pulau Papua, kecuali bagian Papua Barat," ucap Havidh dalam keterangannya, Rabu (21/2/2024).
"Oleh sebab itu, target 100 persen rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik menjadi tugas yang tidak mudah," sambungnya.
Havidh menjelaskan, dalam rangka mencapai 100 persen, pemerintah sudah menghitung resources yang dibutuhkan dari sisi jaringan, pembangkit, dan dari sisi biaya sebagai investasi yang untuk bisa melistriki desa-desa ini.
Baca juga: PLN Pastikan Sistem Kelistrikan Periode Pemilu Dalam Kondisi Prima
"Upaya pemenuhan rasio elektrifikasi membutuhkan biaya sebesar Rp22,08 triliun hingga tahun 2025 dengan alokasi pembiayaan sebesar 75,66 persen untuk perluasan jaringan, karena aksesibilitas dan jarak antara sumber energi dengan beban yang cukup jauh," papar Havidh.
"Mengingat terdapat lokasi yang sangat sulit untuk dijangkau, turut dianggarkan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) dan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) pada beberapa titik, khususnya di wilayah," lanjutnya.
Havidh kembali menjelaskan bahwa upaya peningkatan kualitas dan kuantitas elektrifikasi di Indonesia terus mengalami kemajuan.
Pada tahun 2023, realisasi konsumsi listrik perkapita sebesar 1.337 kWh/kapita, mampu memenuhi target yang direncanakan.
"Selaras dengan target Net Zero Emission pada tahun 2060, turut diproyeksikan pertumbuhan demand (moderat) sebesar 4.500 kWh/kapita yang terdiri dari 88 persen EBT, sementara 12 persennya energi fosil dan CCS," pungkasnya.