Potensi Energinya Besar, Kementerian ESDM Akan Bangun PLTA di Papua
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap ada potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Papua.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap ada potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Papua.
Plt. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mengatakan, ada potensi PLTA yang cukup besar di sana.
"Pak Menteri (Menteri ESDM Arifin Tasrif) sudah memikirkan ke situ. Segera dimanfaatkan dan salah satunya adalah untuk hidrogen dan amonia. Dibuat studinya gitu ya," katanya dalam acara peresmian Hydrogen Refueling Station Senayan di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (21/2/2024).
Ia mengatakan, studi ini perlu dilakukan untuk melihat apakah hasil dari PLTA ini bisa diekspor atau tidak.
Sebab, Jisman membeberkan bahwa ada Jepang yang tertarik akan hidrogen dan amonia dari PLTA tersebut, asal harga listriknya sekitar 4 sen.
Ditemui usai acara peresmian, Jisman mengatakan bahwa potensi energi yang bisa dihasilkan dari PLTA ini sebesar 8-10 gigawatt.
"Ada dua cara apakah nanti industri kita datangkan ke sana ketika mau bangun PLTA di sana yang sangat besar. Karena kan semakin besar keekonomian kan harga listrik semakin turun," kata Jisman.
"Ini juga apakah industri kita datangkan untuk produksi hidrogen ini kemudian mungkin ditambah dengan amonia bisa diekspor atau untuk dalam negeri seperti ini. Ada untuk transportasi, ada juga untuk pembangkit kita," lanjutnya.
Ditemui terpisah di lokasi sama, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan, skalanya bisa lebih besar, yaitu sekitar 15-20 gigawatt.
Baca juga: Pakar Ingatkan Pembangunan PLTA Batang Toru Agar Tak Rusak Konservasi Hutan
Menurut dia, potensi itu sangat besar sekali dan memerlukan industri yang menyerap energi tersebut. "Itu sangat besar sekali dan memerlukan industri yang menyerap energi tersebut," ujar Edwin.
"Salah satu kemungkinannya kita buka pabrik hidrogen di sana. Jadi, air yang ada di sana bisa kita pakai proses elektro, bisa air diubah jadi oksigen dengan hidrogen, dengan memakai energi dari pembangkit PLTA yang ada di sana seperti itu," sambungnya.
Apabila pabrik hidrogen itu terbangun, ia mengatakan PLN telah diarahkan menjadi offtaker. Investor dari berbagai negara yang memiliki kebutuhan hidrogen yang besar akan diundang ke proyek PLTA ini.
Baca juga: Konstruksi Bendungan PLTA Kayan Cascade Digarap Mulai Tahun Depan
Ia juga mengulang pernyataan Jisman yang menyebutkan Jepang tertarik mengimpor hasil produksi dari PLTA ini.
"Kita undang para investor yang kebutuhan hidrogen ini besar di dunia. Mungkin bisa ekspor ke Jepang misalnya begitu. Jika ada industri yang siap bangun tersebut, kita bangun pabriknya di sana (Papua) dengan PLTA di sana. Kita kolaborasi dengan industri yang ada," kata Edwin.