Menakar Dampak Mahalnya Harga Beras ke Inflasi, Ini Penjelasan Bank Indonesia
Salah satu komoditas bahan pangan pokok yakni beras, kini keberadaannya sulit ditemukan di retail-retail modern
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu komoditas bahan pangan pokok yakni beras, kini keberadaannya sulit ditemukan di retail-retail modern. Khususnya beras premium.
Jikalau komoditas itu tersedia di salah satu retail, biasanya harga bahan pangan pokok ini dibanderol di angka yang cukup tinggi.
Berdasarkan pantauan Tribunnews di sejumlah retail modern, baik di daerah Jakarta Pusat bahkan Tangerang Selatan, beras premium dibanderol dikisaran Rp96.500 per kemasan dengan ukuran 5 Kilogram.
Baca juga: Harga Beras Capai Rp 19 Ribu Per Kilogram, Ganjar: Solusinya Bukan Bansos Tapi Operasi Pasar
Lalu, apakah komoditas beras yang langka dan mahal ini mempengaruhi inflasi?
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aida S Budiman mengungkapkan, inflasi beras secara bulan ke bulan (month to month/mtm) tercatat sebesar 0,64 persen.
Namun, inflasi volatile food atau pangan bergejolak di Januari 2024 menjadi 7,22 persen secara tahunan. Atau naik dari 6,73 persen di Desember 2023.
"Pada bulan Januari kemarin inflasi dia (beras) berdampak 0,64 persen kenaikannya month to month," ungkap Aida dikutip dalam YouTube Channel BI, Kamis (22/2/2024).
"Akibat ini, dia bobotnya 3,43 persen sekarang kalau pakai Survei Biaya Hidup tahun 2022 yang baru dikeluarkan oleh BPS. Sehingga kenapa Salah satu penyebabnya volatile food kita mencapai inflasinya 7,22 persen," sambungnya.
Aida melanjutkan, untuk rata-rata harga beras di sejumlah wilayah di Indonesia berbeda-beda.
Seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada dikisaran Rp12.900 per kilogram. Sementara di Kalimantan Tengah dikisaran Rp18.800 per kilogram.
Baca juga: Jokowi Tak Terima Bansos Dituding Penyebab Harga Beras Meroket dan Langka, Janjikan Pekan Ini Normal
Penyebab Harga Beras Melambung dan Sulit Ditemukan
Aida melanjutkan, terdapat sejumlah faktor yang menjadikan harga komoditas beras merangkak naik.
Pertama, dampak musim panas yang berkepanjangan pada beberapa bulan sebelumnya membuat panen padi sedikit terganggu.
Kedua, jadwal produksi sejumlah sentra beras di Indonesia sedikit bergeser, imbas belum meratanya curah hujan di awal tahun.
"Memang karena El Nino. Diketahui mengalami indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yang moderat, nah saat sekarang ini sudah ada musim hujan yang masuk ke Indonesia tapi baru 70 persen di-compare dengan kalau kita tahun lalu di bulan Januari itu sudah 77 persen," papar Aida.
"Nah ini akibatnya tentunya ada pergeseran periode tanam beras. Sekarang ini juga (hujan) mulai di bulan Januari untuk sebagian besar daerah sentra," lanjutnya.
Meski adanya gangguan rantai pasok dan melonjaknya harga beras, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar inflasi di Tanah Air terkendali.
Sejumlah upaya yang dimaksud seperti melakukan intervensi pasar dengan mengguyur retail-retail dengan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Kemudian, Pemerintah juga memberikan bantuan sosial pangan bagi masyarakat miskin yang terdaftar dalam Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
"Tapi kemudian juga pemerintah sekarang ini untuk memastikan hal tersebut dilakukan impor melalui kecukupan Cadangan Beras Pemerintah. Seperti apa sekarang kondisinya CBP itu pada bulan Februari sudah mencapai hampir 1, 2 juta Ton jadi artinya kecukupan pasokan itu ada," papar Aida.
"Makanya Pemerintah lakukan SPHP atau operasi pasar stabilitas pasokan dan harga pangan, kemudian juga penyaluran bantuan pangan beras," pungkasnya.