Ringgit Malaysia Anjlok Mendekati Rekor Terendah Sejak 1998, Ini Biang Keroknya
Mata uang ringgit Malaysia kembali melanjutkan penurunannya hingga nilainya anjlok ke level terendah dalam 26 tahun silam, tepatnya sejak Asia
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – Mata uang ringgit Malaysia kembali melanjutkan penurunannya hingga nilainya anjlok ke level terendah dalam 26 tahun silam, tepatnya sejak Asia dilanda krisis keuangan pada tahun 1998.
Menurut data yang dikutip dari Bloomberg, nilai mata uang negara Jiran Malaysia saat ini mengalami depresiasi atau pelemahan usai tergelincir di level 4,8 terhadap dolar AS, mencapai titik terendah sepanjang masa di 4,8850 pada tahun 1998.
“Ada risiko bahwa ringgit akan mencapai titik terendah baru sepanjang masa,” kata Khoon Goh, kepala penelitian Asia di Australia dan New Zealand Banking Group (ANZ).
Baca juga: Indonesia dan Beberapa Negara Perluas Dedolarisasi, Apa Untungnya Bagi RI?
Ada beberapa faktor yang memicu depresiasi pada mata uang Ringgit, diantaranya pertumbuhan Malaysia yang melambat pada tahun ini imbas adanya risiko krisis dari sisi eksternal maupun internal.
Kondisi tersebut diperparah dengan sektor manufaktur Malaysia yang masih berkontraksi dengan Indeks Manajer Pembelian Januari 2024 yang berada di bawah ambang batas kontraksi di level 50 selama 17 bulan berturut-turut.
Serta tekanan setelah dari arus keluar obligasi asing selama lima bulan terakhir yang jatuh pada Januari 2024 sebesar 382 juta dolar AS atau sekitar Rp5,9 triliun. Serangkaian tekanan ini yang membuat pertumbuhan ekonomi Malaysia melambat sehingga nilai Ringgit ikut mengalami depresiasi.
Meski nilai Ringgit di kuartal pertama tahun ini masih berada di level terendah. Namun, sebagian besar analis memperkirakan bahwa pada akhir 2024 ringgit akan kembali menguat.
Salah satunya analis ANZ yang melihat mata uang tersebut bakal pulih ke level RM 4,45 per dolar AS di akhir tahun mendatang bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi Malaysia yang terus mendapatkan momentum.
Hal senada juga dilontarkan .Gubernur Bank Negara Malaysia (BNM) Abdul Rasheed Ghaffour yang mengatakan bahwa level ringgit saat ini tidak mencerminkan prospek ekonomi Malaysia ke depan.
Sementara itu, Menteri Keuangan Malaysia Amir Hamzah Azizan mengatakan ringgit akan menguat karena potensi pemangkasan suku bunga Federal Reserve dan tanpa adanya peristiwa geopolitik yang krusial. Oleh karenanya, Azizan menghimbau agar Malaysia tidak perlu mematok mata uangnya terhadap dolar AS seperti yang terjadi selama krisis keuangan Asia 26 tahun silam.