Pengamat: PLN Jadi Garda Terdepan Pengembangan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen
PLN dipandang sudah menjadi garda terdepan menjalankan transisi energi pada sektor otomotif.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi konstitusi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Defiyan Cori menilai Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memulai terobosan strategis lewat pengembangan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen pertama di Indonesia, yang terletak di kawasan Senayan, Jakarta.
Lewat pengembangan ini, PLN dipandang sudah menjadi garda terdepan menjalankan transisi energi pada sektor otomotif.
“PLN Indonesia Power telah memulai terobosan inovatif dan strategis dengan meresmikan Hydrogen Center dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station di kawasan Senayan Jakarta. Hal itu sebagai wujud komitmen bagi pengembangan energi bersih dalam mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045,” kata Defiyan kepada wartawan, Minggu (25/2/2024).
Menurutnya, langkah ini merupakan perubahan gaya hidup dari berorientasi masa lalu menjadi gaya hidup yang futuristik, berbasis sistem digital. Selain itu juga ramah lingkungan yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Lebih hemat dan ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca," kata dia.
Adapun secara data, penggunaan HRS disebut mampu menekan importasi 1,59 juta liter bahan bakar minyak/BBM per tahun. Selain penghematan penggunaan BBM berbasis fosil, penurunan emisi dipastikan terjadi sebesar 4,15 juta kilogram per tahun.
Menurut Defiyan, terobosan yang terkait dengan pengembangan transisi energi ini memiliki nilai tidak saja dalam pengertian aksi korporasi yang mengejar kinerja BUMN semata, tapi juga langkah penting dalam memanfaatkan potensi sumber daya energi baru dan energi terbarukan yang tersedia beragam di Tanah Air.
“Dengan dukungan yang kuat dari para pemangku kepentingan PLN mampu mewujudkan dengan menghadirkan Green Hydrogen Plant di 22 lokasi," katanya.
Diketahui, HRS merupakan hilirisasi dari Green Hydrogen Plant (GHP) yang antara lain merupakan residu dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi /PLTP, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap/PLTGU dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU sebagai sumber energi yang selama ini dikenal hanya untuk pembangkit listrik.
Hal tersebut, kata Defiyan, membuktikan PLN siap menjadi pemain utama dalam ekosistem energi baru terbarukan.
"PLN telah melakukan berbagai inovasi dan pengembangan produk untuk menunjang ekosistem hidrogen mulai dari hulu hingga hilir," terang dia.
Baca juga: Tanggapi Kerja Sama PGN-MRT, Pengamat: Sesuai Komitmen Menuju Energi Bersih
Defiyan berharap, PLN Indonesia Power tak setop berinovasi dalam menjawab tantangan transisi energi.
Dia menjelaskan, PLN Indonesia Power telah menjadi pemain lama pengembangan energi hijau. Terkait target Net zero emission, paparnya, PLN Indonesia Power telah melakukan berbagai upaya, diantaranya pengembangan Energi Baru Terbarukan salah satunya melalui proyek Hijaunesia.
“Penerapan cofiring biomass di PLTU secara masif, kerjasama pembangunan pabrik solar PV serta aksi-aksi lain untuk mengakselerasi transisi energi Tanah Air sudah dilakukan PLN Indonesia Power," pungkas dia.