Kepala Bapanas: Harga Gabah Sekarang Rp 9 Ribu Tapi Mau Harga Beras Rp 13 Ribu? Tidak Mungkin
Jika masyarakat menginginkan harga beras saat itu turun hingga Rp 13 ribu, maka tidak bisa karena harga gabahnya saja sudah Rp 9 ribu.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menjelaskan, harga beras pada dasarnya mengikuti perkembangan harga gabah.
Jika harga gabah saat ini Rp 8 ribu, harga beras di hilir akan dibanderol sebesar Rp 16 ribu. Jika masyarakat ingin harga beras Rp 14 ribu, harga gabahnya harus Rp 7 ribu.
Maka, Arief minta masyarakat jangan heran jika harga beras melonjak tinggi, sebab harga gabah di tingkat petani juga tengah meningkat.
Baca juga: Bos Badan Pangan Tinjau Stok Beras di Cipinang, Pastikan Aman
"Harga gabah 8 ribu, maka jangan pangling, jangan heran kalau harga berasnya Rp 16 ribu. Kalau teman-teman mau harga berasnya Rp 14 ribu, maka harga gabahnya itu kurang lebih Rp 7 ribu," kata Arief di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).
Sama halnya ketika harga beras premium sempat mencapai Rp 18 ribu. Ini disebut banyak pihak sebagai harga tertinggi beras sepanjang sejarah.
Jika masyarakat menginginkan harga beras saat itu turun hingga Rp 13 ribu, menurut Arief itu tidak bisa karena harga gabahnya saja sudah Rp 9 ribu.
"Tidak bisa harga petaninya misalnya Rp 9 ribu seperti kemarin, kemudian harga berasnya mau Rp 13 ribu, enggak mungkin bisa," ujar Arief.
Meski demikian, pada saat harga gabah mencapai Rp 8.000 lebih, Arief mengatakan masih ada beras SPHP dengan harga di bawah Rp11 ribu.
"Itu atas bantuan Bulog dan juga penggiling padi seluruh Indonesia yang berusaha masih memiliki, mendistribusikan beras, dengan harga di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET)," tuturnya.
Ia pun mengatakan bahwa beberapa pekan ke belakang, panen lokal sudah dimulai, sehingga harga gabah akan berangsur turun.
"Dari yang sebelumnya di angka Rp 8.600-8.700, akan turun menjadi Rp 8.000, akan turun lagi kemungkinan besar akan sekitar Rp 6.500," katanya.
Adapun kenaikan harga gabah sebelumnya, kata Arief, disebabkan salah satunya karena supply dan demand.
"Pada saat produksi itu di bawah 2,5 juta ton sebulan setara beras, maka ini akan menimbulkan rebutan gabah di tingkat petani. Itu yang memicu harga akan naik. yang pertama," ujarnya.
Berikutnya karena faktor-faktor input seperti kenaikan harga pupuk, kenaikan sewa lahan, dan kenaikan hari orang kerja. Jadi, Arief menilai kenaikan harga merupakan kombinasi dari segala macam hal.