Kebutuhan Energi Nasional Meningkat, Indonesia Perlu Memastikan Keamanan Ketahanan Energi
Upaya menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan mewujudkan ketahanan energi di masa depan perlu berjalan beriringan.
Editor: Dodi Esvandi
“Kalau kita lihat mereka spend capital expenditure-nya sekitar 30 persen untuk mengembangkan energi yang green,” ujar Muharram.
Terakhir, ia mengatakan, ada perusahaan minyak yang tetap tumbuh dengan mengandalkan energi fosil.
Namun, perusahaan-perusahaan ini juga memastikan solusi untuk mengurangi karbon. PHE berada pada kelompok ini dengan berupaya mengurangi emisi karbon pada kegiatan operasional melalui teknologi carbon capture storage (CCS)/carbon capture, utilization, and storage (CCUS).
Baca juga: Genjot Produksi Migas, Pertamina EP Zona 7 Optimalkan Potensi Sumur Eksisting
“Kita berusaha untuk tidak menjadi penyumbang karbon tetapi paling tidak kita melakukan upaya-upaya untuk mengurangi karbon melalui CCS/CCUS. Kita juga menjaga ketahanan energi nasional karena bangsa ini masih membutuhkan itu. Lain soal kalau memang kita sudah mendapatkan energi terbarukan di mana Indonesia sudah percaya diri untuk beralih ke EBT,” tuturnya.
Selain itu, Muharram mengatakan, saat ini PHE sedang mempelajari salah satu energi yang sangat bersih yakni hidrogen.
PHE sedang mengupayakan satu jenis hidrogen yakni geologic hydrogen yang diambil langsung dari alam.
Ia mengungkapkan, salah satu negara yang telah melakukan hal tersebut adalah Australia.
Menariknya, hidrogen tersebut didapat dari sumur-sumur migas lama.
“Kami berusaha mencari cara menemukan sumber energi baru yang bisa bersih. Yang paling menarik lagi, satu kilogram hidrogen bisa menghasilkan 40 kilo watt hour, artinya ini adalah pembakaran yang sangat bagus,” tuturnya.