Seminggu Jelang Puasa, Harga Beras Mulai Turun, Harga Daging dan Telur Justru Naik
Kepala Badan Pangan Nasional(Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan harga beras di pasaran kini menjadi Rp 14.000 per kilogram.
Editor: Hasanudin Aco
"Apabila mereka merasa cukup 10 kg per bulan itu, informasi yang kami terima,
(mampu) mencukupi 40-50 persen kebutuhan keluarga itu dalam satu bulan," kata
Bayu.
"Sehingga, mereka cukup tenang untuk menjalani hari harinya karena mereka telah
memiliki beras," lanjutnya.
Penjelasan Mendagri
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menjelaskan alasan harga beras di
Indonesia tidak boleh terlalu murah.
Menurut dia, pemerintah RI harus mencari titik keseimbangan antara harga di produsen dan di konsumen.
Hal itu tak lepas dari Indonesia yang merupakan produsen beras.
"Kita harus mencari balance antara menyenangkan produsen dan juga menyenangkan konsumen karena negara kita adalah juga negara yang memproduksi (beras)," kata Tito.
Tito kemudian membandingkan harga beras di Indonesia dengan di Singapura.
Negara
yang terkenal akan patung Merlion itu disebut bukan negara produsen, melainkan
negara konsumen.
"Singapura adalah negara yang bukan produsen, tapi negara konsumsi. Dia enggak punya pangan, enggak menghasilkan pangan apa pun. Semuanya impor, jadi strateginya beda," ujarnya.
Eks Kapolri itu mengatakan, karena Singapura bukan negara produsen, jadi bisa
menjual beras dengan harga serendah mungkin.
"Kalau di Singapura bagaimana caranya harganya serendah mungkin karena yang produsen bukan mereka. Jadi makin murah makin senang (rakyatnya)," tutur Tito.
Sementara itu, Indonesia tidak bisa mengikuti Singapura. Sebab, jika menjual harga
beras terlalu murah, kasihan petani dan pengusaha yang memproduksi.
"Indonesia kalau (harga beras) murah sekali, kasihan petani dan penghasil lainnya, termasuk pengusaha yang juga memproduksi. Sebaliknya, kalau harganya tinggi sekali,
masyarakat menjerit," ujar Tito. (Tribun Network/daz/nas/wly)