Usai Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah, Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi Rp2.254 Triliun
cadangan devisa saat ini tetap mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dalam laporannya mengungkapkan, posisi cadangan devisa Indonesia hingga akhir Februari 2024 sebesar 144 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Jika dikonversi ke dalam Rupiah, angka tersebut setara Rp2.254 triliun, dengan asumsi kurs Rp15.653 per dolar AS.
Berdasarkan catatan BI, cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca juga: Komisi XI DPR: Utang Pemerintah Angkanya Sangat Tinggi
Di mana pada akhir Januari 2024, cadangan devisa Indonesia sebesar 145,1 miliar dolar AS.
Asisten Gubernur Bank Indonesia, Erwin Haryono membeberkan penyebab penurunan posisi cadangan devisa pada Februari 2024.
Penurunan posisi cadangan devisa salah satunya dipengaruhi pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut tetap mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah," ucap Erwin dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (7/3/2024).
Erwin melanjutkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor, dan memadai pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Cadangan devisa ini juga disebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Dirinya kembali mengungkapkan, ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai.
"Hal ini didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," pungkas Erwin.