Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tidak Punya Target Pasar Spesifik Kerap Jadi Kesalahan UMKM Lakukan Branding

Setidaknya 5 masalah yang kerap dihadapi dalam upaya branding UMKM untuk tingkatkan omzet perusahaan di 2024.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Tidak Punya Target Pasar Spesifik Kerap Jadi Kesalahan UMKM Lakukan Branding
ist
Ilustrasi - Kegiata pameran kuliner UMKM Pasar Seni Payakumbuh. Ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan pebisnis, terutama UMKM, dalam melakukan branding. Antara lain, tidak memperlakukan pelanggan eksisting dengan baik hingga terlalu jor-joran dalam promosi dan diskon hingga malah berefek negatif terhadap brand image. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan pebisnis, terutama UMKM, dalam melakukan branding.

Antara lain, tidak memperlakukan pelanggan eksisting dengan baik hingga terlalu jor-joran dalam promosi dan diskon hingga malah berefek negatif terhadap brand image.

CEO AHA Commerce Stephen Lawrence mengatakan, setidaknya 5 masalah yang kerap dihadapi dalam upaya branding UMKM untuk tingkatkan omzet perusahaan di 2024.

"Menemukan celah niche potensial masih jadi tantangan. Niche adalah target pasar spesifik yang ingin dikejar sehingga brand harus bisa menemukan niche di pasar, dalam artian bisa menemukan celah untuk bisa menarik perhatian masyarakat di luar dari produk populer.

Caranya, kita bisa mencari area di mana demand belum terpenuhi dan persaingan masih belum terlalu ketat," kata Stephen dalam keterangannya, Selasa (12/3/2024).

Hal ini bertentangan dengan pemikiran umum banyak orang yang cenderung mencari produk yang paling laku di pasar dan berbondong-bondong mengimpor produk tersebut, terjun ke pasar yang sudah ramai atau red ocean.

Berita Rekomendasi

Pendekatan niche yang menghindari perang harga dengan menemukan segmen yang kurang dilayani, memberikan kesempatan untuk inovasi dan menawarkan nilai tambah yang unik.

Misalnya, produk sepatu kesehatan yang memiliki sol khusus untuk membantu mengatasi masalah sakit kaki atau punggung.

Berhubung produk itu belum banyak pesaingnya, jadi bisa dibilang itu adalah produk blue ocean.

Berbeda dengan pendekatan red ocean yang berfokus pada pasar yang sudah jenuh dengan persaingan ketat, mengejar niche memungkinkan brand untuk menawarkan produk atau layanan yang benar-benar dibutuhkan oleh segmen tertentu, seringkali akan mendatangkan margin keuntungan yang lebih baik.

Baca juga: Tiga Resep Rahasia Membangun Bisnis UMKM dari Nol Agar Sukses

Stephen mengingatkan, bila brand ingin dilirik oleh konsumen di tengah persaingan yang ketat, brand perlu punya unique selling point (USP), sesuatu yang unik dari produk atau layanan jasa yang menonjol dan memiliki value untuk konsumen dibandingkan dengan kompetitor lainnya.

Dengan adanya USP tersebut, konsumen memiliki alasan kenapa harus membeli produk atau jasa dibandingkan dengan membeli milik kompetitor dan salah satu contoh USP adalah AHA Commerce, sebagai enabler e-Commerce, AHA Commerce memberikan value, yakni garansi omzet naik.

Baca juga: Puluhan UMKM Dapat Hibah Alat Tepat Guna untuk Tembus Pasar Ekspor

"Value ini bisa menjadi diferensiasi paling kuat dibandingkan dengan enabler ataupun agensi marketing lainnya sehingga brand lebih yakin untuk bekerja sama dengan kami untuk membantu meningkatkan omzet mereka," katanya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas