Peluang Apple Bangun Pabrik di RI Kembali Terbuka, Ini Kata Menkominfo
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi tidak menampik kemungkinan Apple untuk berinvestasi.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyaknya jumlah pengguna Apple menjadi alasan produsen gawai asal Amerika Serikat itu perlu membangun pabrik di Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi tidak menampik kemungkinan Apple untuk berinvestasi.
Budi menuturkan pihaknya masih melakukan negosiasi lebih lanjut saat CEO Apple Tim Cook datang ke Tanah Air pada April 2024.
Baca juga: Apple dan Microsoft Ingin Ketemu Jokowi, Wamenkominfo: RI Buka Tangan yang Lebar untuk Investasi
“Kemungkinan semua ada dan kita lihat pendekatannya gimana sebab pengguna Apple di Indonesia ini kan ada banyak sekali,” ujar Budi di Kantor Kemenkominfo, Senin (25/3/2024).
Meski demikian, Menkominfo memastikan Apple akan investasi dalam hal pengetahuan dengan membangun Apple Academy di Bali.
Apple sebelumnya sudah mewacanakan akan membuat Apple Academy di Banten dan Batam.
Data Business of Apps menyebut jumlah pengguna smartphone milik Apple terus bertumbuh mencapai 1,33 miliar pengguna pada 2022 atau naik 8,13 persen YoY pada 2021 yakni sebanyak 1,23 miliar unit.
Sekadar info, CEO Apple Tim Cook dikabarkan akan datang ke Indonesia pada April 2024.
Dalam kunjungannya, Menkominfo dan Tim Cook akan meninjau Apple Academy yang baru dibangun tersebut.
Maju Mundur
Kabar Apple akan membangun pabrik sebetulnya sudah muncul lama tetapi selalu terganjal kendala.
Apple dikabarkan batal membangun pabrik di Indonesia terkait tata kelola pertambangan timah yang diduga jadi salah satu penyebabnya.
Anak buah Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan alasan batalnya Apple membangun pabrik di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto menuturkan batalnya pembangunan pabrik terjadi karena persoalan traceability atau ketelusuran bahan baku dari produk timah di Indonesia.
"Enggak jadi (investasi). Maka itu, tata kelola timah harus dibenarin. Kalau enggak, tidak ada yang tertarik masuk hilirisasi. Karena, traceability-nya itu," ungkap Seto di Jakarta, Kamis (23/2/2023).