Harga Nikel Anjlok, Penjualan Adhi Kartiko Pratama Tetap Tumbuh Positif
Selain penjualan nikel, perseroan juga mencetak kenaikan pendapatan yang signifikan dari bisnis selain nikel, diantaranya dari sewa dermaga, sewa ruan
Penulis: Sanusi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) berhasil membukukan kenaikan penjualan pada tahun 2023 di tengah anjloknya harga nikel. Penjualan perseroan mampu tumbuh 3,7 persen year on year (yoy) di sepanjang tahun lalu.
Mengutip laporan keuangan resmi, penjualan NICE tercatat naik dari Rp 867,84 miliar menjadi Rp 900,35 miliar di tahun 2023. Mayoritas penjualan dilakukan kepada pihak ketiga, diantaranya kepada PT Agung Mineral Abadi senilai Rp 768,78 miliar dan kepada PT Kyara Sukses Mandiri senilai Rp 102,06 miliar.
Selain penjualan nikel, perseroan juga mencetak kenaikan pendapatan yang signifikan dari bisnis selain nikel, diantaranya dari sewa dermaga, sewa ruang, dan sewa rampdoor.
Anak usaha LX International Corp yang merupakan bagian dari LG Group ini mengantongi Rp 27,59 miliar dari hasil sewa dermaga. Jumlah tersebut melonjak lebih dari 2.000 persen yoy di akhir 2023.
Pendapatan sewa ruang juga melesat 286 persen yoy menjadi Rp 1,65 miliar dan dari hasil sewa rampdoor, perseroan memperoleh Rp 264,144 juta hingga penghujung 2023. Informasi saja, pada tahun 2022, belum ada penghasilan yang diperoleh dari bisnis sewa rampdoor tersebut.
Dari sisi operasional produksi, NICE tercatat kian efisien. Hal ini tercermin dari biaya produksi yang berhasil ditekan dari Rp 754,30 miliar menjadi Rp 736,13 miliar. Manajemen NICE memang terus berupaya untuk bisa meningkatkan efisiensi dalam proses produksi melalui pembaruan teknologi tambang.
Dengan masuknya LX International Corp sebagai pemegang saham pengendali, maka pembaruan teknologi tambang bisa direalisasikan secara maksimal. Dengan demikian, biaya produksi berpotensi kian menyusut dan tingkat profitabilitas bisa terdongkrak.
Di saat yang sama, perseroan juga tidak lagi menanggung beban penjualan karena bijih nikel tidak lagi dijual melalui perantara (agen). Sebagai perbandingan, pada 2022, perseroan harus merogoh kocek Rp 9,69 miliar untuk membayar pihak agen penjual.
Kendati beban operasional produksi dan penjualan bisa ditekan, namun terdapat sejumlah beban lain yang mengalami kenaikan yang berakibat laba bersih perseroan turun dari Rp 108,86 miliar menjadi Rp 61,46 miliar tahun lalu.
Adapun, sejumlah beban yang mengalami peningkatan diantaranya; biaya pencadangan persediaan bijih nikel, biaya reklamasi dan eksplorasi, serta biaya umum dan administrasi. Kenaikan biaya-biaya tersebut ditengarai terjadi akibat adanya transisi dari manajemen lama ke manajemen baru.
Seperti diketahui, PT Adhi Kartiko Pratama Tbk merupakan produsen bijih nikel yang memiliki lahan tambang seluas 1.975 Hektare (Ha) di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Total sumber daya (resource) tambang perseroan mencapai 152,2 juta Wet Metric Ton (WMT), yang terdiri dari 90,2 juta WMT limonit dan 62 juta WMT saprolit.
Adapun, total cadangan (reserve) perseroan mencapai 83,5 juta WMT. Dari total reserve tersebut, sebesar 54,3 juta WMT dalam bentuk limonit dan 29,2 juta WMT berbentuk saprolit. Umur tambang NICE diperkirakan bisa mencapai 44,6 tahun.
NICE mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Januari 2024. LX International Corp (dahulu bernama LG International Corp) resmi mengambil alih NICE lewat entitas berbadan hukum Indonesia, PT Energy Battery Indonesia (EBI) pada 16 Januari 2024. EBI menguasai 60 persen saham NICE, sementara kepemilikan pemegang saham berjumlah 20 persen, dan 20 persen sisanya milik publik.