Efek Serangan Iran ke Israel Bagi Ekonomi Dunia: Harga Minyak Membara Hingga Picu Inflasi Global
Timur Tengah kembali memanas usai pasukan elit garda revolusi Iran (IRGC) menghujani langit Israel dengan 300 rudal balistik
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Mengutip dari Fortune, kenaikan harga minyak yang terjadi terus menerus bisa memicu inflasi yang berdampak negatif bagi ekonomi dunia.
Ini terjadi karena kenaikan harga minyak mendorong suatu negara menambah valuasinya, apabila hal tersebut tidak dilakukan dengan pertimbangan yang matang maka kemungkinan besar akan membuat pembengkakan utang ke pasar global.
Suku bunga dan tingkat utang yang lebih tinggi mendorong lonjakan biaya bunga pemerintah serta beban utang domestik, yang tentunya dapat membuat ekonomi suatu negara berkontraksi.
Lonjakan Suku Bunga
Selain memicu inflasi, harga minyak yang terus merambat bisa memberikan efek riak seperti meningkatnya suku bunga acuan sejumlah Bank Sentral. Ini terjadi karena kenaikan harga minyak dunia membuat inflasi suatu negara terus mengalami kenaikan.
Tekanan tersebut yang kemudian membebani bank sentral sehingga mereka harus mengambil langkah agresif dengan menaikkan suku bunga acuan ke level yang lebih tinggi untuk melawan inflasi.
“Kemungkinan kenaikan suku bunga akan terus terjadi, kami memperingatkan tidak akan ada penurunan suku bunga tahun ini jika inflasi tidak membaik,” tegas Presiden Fed San Francisco Mary Daly.
Meski kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral The Fed, ECB dan BoE dianggap sebagai cara paling efektif untuk menyeimbangkan harga dan membuat laju inflasi melandai.
Namun sikap hawkish secara tidak langsung telah mengerek naik suku bunga di perbankan lokal, hingga bunga dana pinjaman ikut melesat ke level tertinggi di tengah naiknya inflasi.
Tekanan itu yang membuat investor enggan melakukan pembelian di pasar real estat komersial serta tidak lagi bersedia membayar harga pasar saat ini, alhasil bisnis investasi dan permodalan bank – bank lokal mulai dilanda krisis.
Saham Asia Cetak Raport Merah
Serangan Iran ke Israel pagi ini memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas hingga membuat para pedagang tetap gelisah dan berdampak pada lesunya bursa-bursa saham di Asia.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang dilaporkan turun 0,7 persen setelah Iran meluncurkan drone dan rudal berbahan peledak ke Israel.
Disusul penurunan Nikkei Jepang (.N225), yang nilainya anjlok lebih dari 1 persen, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia (.AXJO) kehilangan 0,6 persen dan Indeks Hang Seng Hong Kong (.HSI), merosot 0,8 persen pada Senin (15/4/2024).
Pasar Kripto Berkontraksi
Perdagangan koin kripto juga dilaporkan berkontraksi, usai likuidasi Bitcoin mengalami penurunan tajam sebesar 6,22 persen hingga harga amblas di level 65.210 dolar AS per koin.
Tidak hanya Bitcoin, harga Ethereum juga mengalami penurunan lebih dari 8,04 persen menjadi 3.148 dolar AS per koin. Disusul dengan amblasnya harga koin Solana sebesar 15,25 persen ke kisaran 149.61 dolar AS pada perdagangan Senin siang.
Pergerakan negatif koin kripto pada awal pekan ini terjadi dampak dari perang Iran dan Israel yang makin membara, hingga memunculkan spekulasi terkait isu bahwa aset kripto tidak lagi dianggap sebagai aset safe haven.