Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Dunia Diramal Tembus 100 Dolar AS, Harga BBM Bersiap Naik? Ramai-ramai Ingatkan Bahaya

Kenaikan harga minyak mentah dunia bisa jauh melampaui asumsi yang dipatok APBN yakni 82 dolar AS per barel.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Harga Minyak Dunia Diramal Tembus 100 Dolar AS, Harga BBM Bersiap Naik? Ramai-ramai Ingatkan Bahaya
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) melayani konsumen di SPBU Coco MT Haryono, Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah usai serangan Iran ke Israel, menimbulkan ramalan harga minyak mentah dunia akan menembus 100 dolar AS per barel.

Hal ini pastinya akan berdampak terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, mengingat sebagian besar kebutuhan masih di pasok dari luar negeri.

Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan, kenaikan harga minyak mentah dunia bisa jauh melampaui asumsi yang dipatok APBN yakni 82 dolar AS per barel.

Menurutnya, jika sudah melebihi asumsi APBN maka subsidi di sektor energi, terutama BBM akan meningkat, dan menjadi beban baru fiskal Indonesia.

Baca juga: Analis: Serangan Iran ke Israel Picu Kenaikan Harga Emas dan Minyak Dunia

“Saya meminta pemerintah untuk tidak mengambil langkah menaikkan harga BBM Subsidi. Karena timing waktunya sangat tidak tepat bagi kondisi ekonomi masyarakat di lapis bawah dan menengah. Karena Maret kemarin puasa, April lebaran, Mei anak sekolah ujian dan Juni pendaftaran sekolah, belum lagi Juli Idul Adha. Ini sudah menjadi beban berat bagi masyarakat. Jangan ditambah kenaikan BBM,” tukas LaNyalla, Selasa (16/4/2024).

Ia menyebut, momen Ramadan dan Lebaran, lazimnya masyarakat Indonesia meningkatkan spending belanja mereka. Apalagi mereka yang mudik, tentu ada cost transportasi yang relatif besar.

“Setelah kembali dari mudik, masyarakat dihadapkan kepada agenda pendidikan anak, mulai dari ujian akhir dan pendaftaran siswa baru atau kenaikan kelas. Jadi pemerintah harus memperhatikan soal ini secara serius,” imbuhnya.

Berita Rekomendasi

LaNyalla mengusulkan agar pemerintah, melalui kementerian keuangan melakukan penyesuaian atau pengalihan alokasi anggaran program kementerian yang masih bisa ditunda, untuk membiayai imbas kenaikan harga minyak dunia bila berlangsung dalam durasi yang lama.

“Kami menyadari bahwa lifting minyak Indonesia jauh di bawah kebutuhan, sehingga impor kita sudah di atas lifting. Tetapi tugas pemerintah mencari jalan keluar yang berorientasi kepada tujuan negara, salah satunya melindungi rakyat, terutama mereka yang harus dilindungi,” tandasnya.

Pikirkan Langkah Antisipasi

DPR meminta Pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak mentah dunia ke depan.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menerangkan, cepat atau lambat konflik Iran-Israel akan berdampak pada naiknya harga minyak mentah dunia

Selain itu, lanjut dia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga bakal melemah. Saat ini, bahkan menembus angka Rp 16.000 per dolar AS.

"Mengamati pergerakan harga minyak dunia yang terus menanjak tajam sejak awal tahun 2024, apalagi pasca konflik Iran-Israel, Pemerintah perlu segera memikirkan langkah-langkah antisipatif," ujar Mulyanto.

Mulyanto menerangkan, sebagai negara net importer migas, kenaikan harga migas dunia akan berdampak negatif bagi APBN.

Apalagi ketika kenaikan tersebut berbarengan dengan naiknya permintaan di dalam negeri serta melonjaknya kurs dolar terhadap rupiah.

"Beda saat dulu ketika zaman jaya Indonesia sebagai negara pengekspor migas, dimana kenaikan harga migas dunia adalah berkah buat APBN kita," tutur Mulyanto.

Sebelumnya, pasukan Garda Revolusi Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke wilayah Israel dari wilayah Iran atau lebih dari sekira 1.770 kilometer.

Pemerintah Iran menegaskan bahwa serangan tersebut, merupakan balasan terhadap serangan Israel terhadap kantor konsulat Iran di Damaskus.

Sebab, peristiwa tersebut menewaskan dua jenderal Garda Revolusi Iran dan lima penasihat militer.

Iran menyatakan bahwa operasi militer menyerang Israel pada 14 April 2024 telah berakhir tapi mengancam bila Israel membalas, maka Israel akan mendapat balasan yang jauh lebih besar.

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri menyampaikan, pihaknya tidak berniat melanjutkan operasi militer melawan Israel.

"Operasi tersebut telah berakhir dan kami menyatakan bahwa Kubah Besi (Iron Dome) ternyata tidak mampu memberikan perlawanan yang berarti terhadap operasi kami sehingga operasi ini kami hentikan," tuturnya dikutip kantor berita Iran IRNA.

Kurangi Ketergantungan Impor

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai Pemerintah Indonesia harus mulai mengurangi ketergantungan impor minyak imbas dari memanasnya situasi antara Iran dan Israel.

Tauhid mengatakan, situsi yang memanas ini akan direspons dengan harga minyak dunia yang naik karena Iran merupakan salah satu pemasok minyak dunia.

Indonesia sebagai negara importir minyak, tentu akan merasakan dampak dari naiknya harga minyak dunia. Salah satu yang berpotensi terjadi adalah membengkaknya subsidi.

"Saya kira dari harga minyak itu, misalnya Israel membalas dan sebagainya, ini tentu saja kawasan akan membara dan yang pertama adalah tadi harga minyak akan membuat, ya tanda kutip, defisit membengkak, subsidi membengkak, ya macam-macam lah kalau harga minyak [naik] kan," kata Tauhid.

Maka dari itu, Tauhid menyarankan agar pemerintah RI segera mengantisipasi hal ini. Salah satu opsi yang mau tidak mau harus diambil adalah menghentikan ketergantungan akan impor minyak.

"Mengantisipasi misalnya harga minyak naik dan sebagainya, tentu saja kita mau tidak mau harus melepaskan ketergantungan terhadap minyak. Ada penambahan jumlah produksi minyak dalam negeri, sehingga importasi dikurangi. Ya harus mulai ini," ujarnya.

Menurut Tauhid, Indonesia tidak boleh jadi bulan-bulanan dari naiknya harga minyak dunia imbas situasi politik yang memanas di Timur Tengah.

Sebagai negara net importir, Indonesia disebut akan sangat rugi jika harga minyak dunia melambung tinggi.

"Kan sebenarnya kan kita terus turun ya produksi [minyak] di bawah 650 ribu barrel per hari. Harusnya ini kan sudah terpaksa gitu. Kita nggak mau jadi bulanan-bulanan harga minyak karena kita negara net importir ya. Pasti sangat rugi dalam situasi itu," kata Tauhid.

Sikap Pertamina

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan, ketegangan geopolitik dan pengurangan pasokan OPEC+ telah mengerek harga minyak dunia tahun ini naik hampir 18 persen.

Ia berujar, di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia, Pertamina Patra Niaga akan terus menjaga pasokan BBM nasional serta stabilitas harga.

"Kami juga komitmen menjaga harga BBM domestik tetap stabil agar tidak berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat,” kata Riva.

Riva menambahkan, Pertamina mengambil kebijakan mempertahankan harga, walaupun biaya produksi BBM meningkat seiring kenaikan harga minyak dunia.

"Sebagai perusahaan negara, kami mendukung upaya Pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih stabil dan kondusif," imbuh Riva.

Di tengah kondisi tersebut, kata dia, Pertamina Patra Niaga juga memastikan stok BBM nasional aman selama masa Satuan Tugas Ramadan dan Idulfitri (RAFI) 1445 H/2024 M.

Pasokan tersedia disebut jauh lebih tinggi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama arus mudik dan balik Lebaran.

Saat ini, stok Pertalite tercatat di level 20 hari, Pertamax 41 hari, Turbo 58 hari, Solar dan Biosolar 22 hari, Dex 70 hari, serta Avtur 41 hari.

“Penambahan stok selama masa Satgas RAFI telah disiapkan sejak Satgas Natal dan Tahun Baru untuk memastikan kebutuhan nasional terpenuhi dengan baik,” imbuh Riva.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas