Dunia Usaha Was-was Melambungnya Tarif Logistik Dampak Konflik Iran VS Israel
Beberapa industri dan tarif logistik kemungkinan besar mengalami kenaikan serta menekan kemampuan daya beli masyarakat.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kadin Indonesia, Sarman Simanjorang mengatakan dunia usaha mengkhawatirkan dampak dari konflik di Timur Tengah, termasuk Iran VS Israel, akan terus meluas.
"Ini dapat mendorong kenaikan harga komoditas minyak mentah dan menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah," ujar Sarman saat dihubungi Tribunnews, Rabu (17/4/2024).
Sarman mengatakan, pemerintah dan PBB perlu mendorong agar eskalasi konflik dapat segera diakhiri dan tidak berkepanjangan sehingga tidak mempengaruhi kemampuan pemulihan ekonomi dunia.
Baca juga: Gurita Bisnis Prajogo Pangestu, Orang Terkaya di Indonesia 2024, Hartanya Rp687 Triliun
"Meskipun perekonomian nasional masih terjaga dan solid, yang ditandai dengan cadangan devisa yang solid hingga 140 Miliar dolar AS atau setara impor 6,4 bulan, ketergantungan impor terhadap kebutuhan BBM dapat menekan lebih jauh nilai tukar Rupiah," tutur Sarman.
Sebagai dampak, lanjut dia, beberapa industri dan tarif logistik kemungkinan besar mengalami kenaikan serta menekan kemampuan daya beli masyarakat.
Sektor industri yang bergantung pada bahan baku impor juga terdampak dengan naiknya biaya bahan baku ataupun sektor usaha yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS akan mengalami kenaikan biaya beban utang.
"Oleh karena itu, antisipasi terhadap kenaikan harga minyak, tarif logistik, maupun komoditas impor perlu terus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, faktor-faktor ini memengaruhi peningkatan inflasi dan pelemahan nilai tukar Rupiah," terang Sarman.
Pengendalian fiskal khususnya pada masa transisi kepemimpinan sepanjang tahun ini perlu menjadi faktor yang diperhatikan pemerintah dalam mengkalkulasi dampak tekanan eksternal melalui eskalasi konflik Timur Tengah.
Pemerintah diminta segera merespon dan mengambil langkah antisipasif sehingga dampak serangan Iran ke Israel tidak menganggu perekonomian nasional.
Baca juga: Selebgram Asal Gresik Jalankan Bisnis Investasi Bodong, Total Kerugian Capai Miliaran Rupiah
"Semangat kolaborasi harus dikedepankan untuk menghadapi berbagai gejolak perekonomian global akibat kondisi geopolitik yang akan mempengaruhi perekonomian nasional," imbuh Sarman.
Sebelumnya, pasukan Garda Revolusi Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke wilayah Israel dari wilayah Iran atau lebih dari sekira 1.770 kilometer.
Pemerintah Iran menegaskan bahwa serangan tersebut, merupakan balasan terhadap serangan Israel terhadap kantor konsulat Iran di Damaskus.
Sebab, peristiwa tersebut menewaskan dua jenderal Garda Revolusi Iran dan lima penasihat militer.
Iran menyatakan bahwa operasi militer menyerang Israel pada 14 April 2024 telah berakhir tapi mengancam bila Israel membalas, maka Israel akan mendapat balasan yang jauh lebih besar.
Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri menyampaikan, pihaknya tidak berniat melanjutkan operasi militer melawan Israel.
"Operasi tersebut telah berakhir dan kami menyatakan bahwa Kubah Besi (Iron Dome) ternyata tidak mampu memberikan perlawanan yang berarti terhadap operasi kami sehingga operasi ini kami hentikan," tuturnya dikutip kantor berita Iran IRNA.