IMF: Ekonomi Dunia Tahun Ini Bakalan Suram, Konflik Iran VS Israel Jadi Pemicunya
Laju ekonomi dunia di tahun ini akan suram karena mengalami perlambatan hingga terancam inflasi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional IMF memprediksi laju ekonomi dunia di tahun ini akan suram karena mengalami perlambatan hingga terancam inflasi.
Dikutip dari Al Arabiya, ekonomi global pada tahun 2024 dan 2025 awalnya diproyeksikan tangguh dengan pertumbuhan sebesar 3,2 persen, naik 0,1 persen bila dibanding perkirakan sebelumnya pada Januari.
Namun proyeksi ini kemungkinan akan meleset imbas serangan yang dilakukan Iran, membombardir wilayah Israel dengan lebih dari 300 rudal, drone, dan roket hingga membuat pangkalan udara militer Israel paling penting di Negev hancur.
Baca juga: Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Dampak Konflik Iran-Israel bagi Ekonomi Indonesia, BBM Bakal Naik?
Iran berdalih serangan mematikan yang dilakukan pasukan Garda Revolusi IRGC merupakan bentuk balasan atas perbuatan yang dilakukan militer Israel yang telah lebih dulu menyerang Konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh pasukan elit IRGC.
Namun Amerika Serikat dan sekutunya menilai serangan Iran sebagai bentuk ancaman bagi Timur Tengah, alasan ini yang mendorong AS untuk memberlakukan sanksi dengan cara membatasi Iran melakukan ekspor minyak mentah ke pasar global.
Meski pembatasan ekspor minyak dapat memukul perekonomian Iran, akan tetapi bila sanksi ini diberlakukan dalam jangka waktu yang lama maka pasar global akan mengalami lonjakan harga minyak mentah.
Hal ini terjadi karena pasokan minyak Iran untuk dunia akan dipangkas sementara permintaan pasar global akan terus mengalami kenaikan, alasan tersebut yang menyebabkan kenaikan lebih lanjut pada harga minyak dan harga bensin dunia.
Apabila hal tersebut terjadi maka pasar global kemungkinan besar akan menghadapi ancaman inflasi dan lonjakan suku bunga yang tentunya bisa berdampak negatif bagi ekonomi dunia.
“Salah satu hal yang dapat menggagalkan jalan menuju disinflasi adalah adanya gangguan pada harga minyak atau harga energi atau harga komoditas,” ujar Pierre-Olivier Gourinchas dalam wawancara menjelang penerbitan laporan World Economic Outlook (WEO).
Baca juga: Airlangga Ungkap Langkah Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel untuk Ekonomi Indonesia
“Sejauh ini, kita telah melihat adanya tekanan pada harga minyak, namun masih terlalu dini untuk mengetahui apakah tekanan tersebut akan berkelanjutan,” tambahnya.
Ekonomi Eropa dan China Jadi yang Paling Terdampak
IMF memperkirakan pertumbuhan Eropa jadi yang paling terdampak , melambat dalam jangka pendek dengan pertumbuhan sebesar 0,8 persen di tahun ini, dan naik sedikit menjadi 1,5 persen pada tahun 2025.
Serupa dengan Eropa, IMF memperkirakan tingkat pertumbuhan Tiongkok akan terus melambat bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Adapun perlambatan ekonomi akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan imbas dari meredanya dorongan konsumsi dan stimulus fiskal pasca pandemi. Kondisi itu kian diperparah dengan pelemahan di sektor properti.
“Tiongkok adalah contoh lain di mana Anda melihat perekonomian yang beroperasi di bawah potensinya. Pertumbuhan lebih rendah dari kemampuan perekonomian untuk mempertahankannya,” ,” kata Gourinchas.