Bertemu Menlu China, Jokowi Dorong Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Dipercepat
Menteri Luar Negeri China Wang Yi menemui Presiden Jokowi di Istana bahas soal pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan kereta cepat Surabaya.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri China Wang Yi menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, (18/4/2024).
Ia datang sekitar pukul 09.25 WIB melalui pintu pilar, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Turun dari mobil Wang Yi langsung masuk ke dalam komplek Istana Kepresidenan.
Pertemuan antara Wang Yi dengan Jokowi sendiri didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Menlu mengatakan satu di antara topik yang dibahas antara Wang Yi dengan Jokowi yakni pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan kereta cepat Surabaya.
Presiden meminta adanya alih teknologi dalam pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung.
Selain itu Presiden meminta adanya percepatan penyelesaian studi kelayakan perpanjangan trase ke Surabaya.
"Bapak Presiden bicara mengenai masalah kereta cepat Jakarta-Bandung dan mendorong adanya alih teknologi, serta perlu percepatan penyelesaian studi kelayakan untuk perpanjangan trase ke Surabaya," kata Menlu Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Baca juga: Menlu Retno: Jokowi Yakin China akan Gunakan Pengaruhnya untuk Cegah Eskalasi di Timur Tengah
Menlu mengatakan pembahasan mengenai kereta cepat secara lebih jauh akan dibahas di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
"Untuk ekonomi tadi saya sampaikan termasuk masalah kereta cepat dan sebagainya besok baru akan dibahas di Labuan Bajo. Tadi saya sampaikan di forum HDCM pak Menko Marves, saya, dan dari pihak RRT akan diketuai oleh Menlu Wang Yi," katanya.
Dalam pertemuan tersebut kata Retno, Presiden Jokowi menekankan pentingnya kedua negara meningkatkan kerja sama ekonomi yang dapat saling menguntungkan. Salah satunya di sektor perdagangan, dengan meningkatkan volume perdagangan yang lebih seimbang.
"Jadi sudah sangat lebih seimbang dilihat dari perdagangan bilateral dua negara," katanya.