Indonesia Hadapi Suhu Panas, Mendag Zulkifli Hasan Soroti Ketersediaan dan Kestabilan Harga Sembako
Dalam menghadapi cuaca ekstrem ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyoroti ketersediaan sembako beserta kestabilan harganya.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suhu panas yang tengah melanda Indonesia turut menjadi perhatian Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.
Dalam menghadapi cuaca ekstrem ini, ia menyoroti ketersediaan sembako beserta kestabilan harganya.
"Di Filipina saya dengar sudah 45 derajat (selsius, red) ya. Nah kita kan sudah 34 (derajat, red), biasanya kita 32. Tentu semua kita hitung kita perhatikan agar sembako tersedia dan harganya stabil," kata Zulhas, sapaan akrabnya, ketika ditemui usai meninjau Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) Rawa Kepiting di Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (4/5/2024).
Baca juga: Tak Bisa Ditawar, Mendag Wajibkan Rumah Potong Bersertifikat Halal Mulai Oktober
Dia bilang, pemerintah harus menyiapkan dari jauh-jauh hari terkait dengan perubahan cuaca ekstrem ini.
Salah satu yang dipersiapkan adalah pengadaan beras, yang mana importasi merupakan satu dari sekian cara yang ditempuh.
Adapun pada tahun ini kuota impor beras yang telah ditetapkan pemerintah adalah sebesar 3,6 juta ton.
Baca juga: Momen Mendag Zulkifli Hasan Jajal Mie Gacoan, Makan Tak Habis karena Tak Tahan Pedas
"Ya, maka kami harus siapkan dari jauh hari ya. Pemerintah sudah memutuskan impor beras. Kalau enggak salah tahun ini 3,6 juta. Tentu itu untuk persiapan karena ini ada perubahan iklim cuaca ekstrem," ujar Zulhas.
Sebagai informasi, akhir-akhir ini keadaan suhu di Indonesia dirasa sangat terik.
Dari laporan BMKG, di Tanah Air suhu udara maksimum di atas 36.5 derajat selsius tercatat di beberapa wilayah.
Pada 21 April di Medan, Sumatera utara mencapai suhu maksimum 37 derajat selsius, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37.8 derajat selsius, serta pada 23 April di Palu, Sulawesi Tenggah mencapai 36.8 derajat selsius.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan, fenomena ini bukanlah gelombang panas atau heat wave layaknya yang terjadi di Thailand.
Fenomena suhu panas di Indonesia terjadi karena posisi semu matahari pada bulan April berada dekat sekitar khatulistiwa dan menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari.
Sekali lagi ia menegaskan, heat wave (gelombang panas) tidak terjadi di Indonesia.
Hal ini karena gelombang panas memiliki karakteristik fenomena yang berbeda, di mana hanya dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menerangkan bahwa pada bulan April merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia.
Sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.