Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Selamat Tinggal Sepatu Bata, Pabrik di Purwakarta Resmi Tutup karena Terus Merugi

PT Sepatu Bata Tbk memutuskan menutup operasional pabriknya di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang beroperasi sejak 1994, akibat terus merugi.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Selamat Tinggal Sepatu Bata, Pabrik di Purwakarta Resmi Tutup karena Terus Merugi
Tangkap layar Instagram
Karyawan PT Sepatu Bata Tbk meninggalkan area perusahaan pasca pengumumkan penutupan operasional pabrik di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, karena merugi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Sepatu Bata Tbk memutuskan menutup operasional pabriknya di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang beroperasi sejak 1994, akibat terus merugi.

Keputusan tersebut disampaikan pihak perusahaan kepada karyawan akhir pekan lalu.

Pihak manajemen PT Sepatu Bata Tbk sebagai emiten di pasar modal juga sudah menyampaikan keputusan tersebut dalam Keterbukaan Informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Keputusan untuk menghentikan aktivitas produksi Pabrik PT Sepatu Bata Tbk yang berada di Purwakarta berdasarkan Keputusan Direksi tanggal 30 April 2024 yang sebelumnya telah disetujui berdasarkan persetujuan dari Keputusan Dewan Komisaris tanggal 29 April 2024," kata Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko, Minggu (5/5/2024).

Perusahaan sepatu yang sudah beroperasi ratusan tahun atau sejak era Kolonial Belanda di Indonesia ini mengaku sudah melakukan berbagai usaha agar pabrik di Purwakarta tetap bertahan.

"PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," ungkap Hatta.

Secara spesifik, ia menyebut, model-model sepatu dan produk alas kaki lain yang diproduksi dari fasilitas produksi Purwakarta sudah mengalami permintaan penurunan di pasar.

Berita Rekomendasi

"Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun," beber Hatta.

"Dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia," tambah dia.

BATA membukukan penjualan neto sebesar Rp 609,61 miliar pada 2023 atau lebih rendah 5,26 persen year on year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 643,45 miliar.

Baca juga: Pabrik Sepatu Bata Tutup: Diputuskan Direksi Sejak April dan Ini Sikap Pemerintah, Nasib Karyawan?

BATA mengalami peningkatan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 79,65 persen YoY menjadi Rp 190,29 miliar pada 2023, dari tahun sebelumnya yaitu Rp 105,92 miliar.

Sementara itu dalam postingan yang viral di media sosial, di hari terakhir terekam ratusan pekerja pabrik berbondong-bondong meninggalkan pabrik tempat mereka selama ini mencari nafkah.

Ratusan pekerja tersebut tampak berjalan ke arah luar pabrik sambil masih mengenakan seragam pabrik yang berwarna merah bertuliskan Bata di bagian punggung.

Baca juga: Bangkrut, Benarkah Sepatu Bata Merek Asli Indonesia? Ini Faktanya

Sang perekam video tampak beberapa kali mengucapkata-kata perpisahan.

"Selamat tinggal Bata. Selamat tinggal Bata," ucapnya.

Diketahui PT Sepatu Bata Tbk (BATA) didirikan oleh pengusaha asal Ceko bernama Tomas Bata. Tomas Bata sendiri merupakan pria kelahiran 3 April 1876.

Tomas meninggal dunia saat berusia 56 tahun, tepatnya pada 12 Juli 1932. Dia merupakan seorang pengusaha Ceko dan pendiri perusahaan sepatu Bata.

Berdasarkan laman resmi Bata, perusahaan sepatu tersebut didirikan oleh keluarga Bata. Bata atau T&A Bata Shoe Company terdaftar di Zlin, Cekoslowakia atas nama dua bersaudara Tomas, Anna dan Antonin Bata (1894).

Keluarga ini memiliki sejarah panjang dalam pembuatan sepatu, yang berlangsung selama delapan generasi dan lebih dari tiga ratus tahun.

Warisan ini membantu meningkatkan popularitas perusahaan barunya dengan sangat cepat.

Pada tahun 1904, Tomas melakukan perjalanan ke Lynn, saat itu pusat produksi alas kaki dunia. Dia bekerja di jalur perakitan dan belajar tentang mesinnya, seperti mesin laster otomatis Matzeliger.

Dia mulai melakukan mekanisasi produksinya sekembalinya dan memperkenalkan jalur perakitan di Zlín pada tahun 1927.

Penutupan pabrik Bata
Pengumuman penutupan pabrik PT Sepatu Bata Tbk di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, oleh perwakilan manajemen ke karyawan.

Dengan produksi modern dan ritel jarak jauh, Tomas memodernisasi industri pembuatan sepatu. Sejak awal, perusahaan berkembang pesat dalam produksi dan keuntungannya meningkat.

Kariernya terhenti ketika ia meninggal dalam kecelakaan pesawat akibat cuaca buruk. Tomas meninggal dalam kecelakaan pesawat (Junkers J13 D1608) pada tahun 1932 di dekat bandara Zlín ketika mencoba terbang ke Möhlin di Swiss dalam perjalanan bisnis dalam kondisi cuaca buruk karena kabut lokal yang tebal.

Usahanya diteruskan oleh sang putra, yakni Thomas J. Bata. Thomas J. membangun kembali dan memperluas produksi sepatu atas nama perusahaan setelah pindah ke Kanada pada tahun 1939.

Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Kris Sasono Ngudi Wibowo menyebut bahwa pabrik sepatu Bata telah berhenti beroperasi sejak Selasa (30/4/2024).

"Tim IKFT masih mendalami dan ke lokasi pagi ini," kata Kris Sasono.

Sayangnya, Kris Sasono enggan menjelaskan lebih rinci menyoal peninjauan tersebut.(Tribun Network/bel/ibz/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas