Kinerja Tak Memuaskan hingga Terindikasi Fraud, Pengamat BUMN Beri Saran Begini ke Indofarma
Perusahaan berkode saham INAF ini terindikasi melakukan penyimpangan atau fraud pada laporan keuangannya.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director BUMN Research Group Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai kinerja PT Indofarma Tbk dalam beberapa tahun ke belakang tak memuaskan.
Ditambah lagi, perusahaan berkode saham INAF ini terindikasi melakukan penyimpangan atau fraud pada laporan keuangannya.
Berdasarkan pengamatan Toto, selama 3 tahun ke belakang, BUMN sektor farmasi ini dinilai tak mampu menjalankan bisnisnya secara maksimal, terutama di saat pandemi Covid-19 pada 3 tahun ke belakang.
Baca juga: OJK Bakal Tutup BPR yang Alami Fraud, Ancam Beri Sanksi Pidana
"Kinerja indofarma dalam 3 tahun terakhir memang tidak memuaskan. Kunci problem karena masalah pengelolaan inventory Covid yang tidak cukup baik, sehingga menjadi beban bagi kinerja INAF (kode saham Indofarma)" ungkap Toto kepada Tribunnews, Kamis (23/5/2024).
Agar kinerja Indofarma tak merugi dan terus membaik ke depannya, Toto menyebut diperlukan transformasi bisnis di tubuh perusahaan.
Sebagai informasi, Indofarma merupakan industri yang bergerak di bidang farmasi, diagnostik, alat kesehatan, serta industri produk makanan.
Terdapat berbagai lini produk yang dapat dihasilkan oleh Indofarma, mulai dari Obat Generik Bermerek (OGB), Over The Counter (OTC) & Makanan, Obat Keras Bermerek (Ethical Branded), Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Non-Alat Kesehatan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribunnews, Indofarma mencatatkan rugi selama 3 tahun ke belakang.
Rugi bersih INAF senilai Rp191,7 miliar pada kuartal III-2023. Angka tersebut meningkat jika dikomparasi dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp183,11 miliar.
"Di masa depan dengan positioning INAF untuk fokus di produk obat generik dan alat kesehatan mustinya korporasi ini bisa bertumbuh," papar Toto.
"Jadi transformasi perusahaan perlu dilaksanakan lebih serius. Terutama aspek pengelolaan core business serta pengelolaan risiko yang lebih baik," pungkasnya.