Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kebutuhan Pasar Lokal Tinggi, MMI Manfaatkan Serat Bambu untuk Produksi Tisu

Sebanyak 54 persen masyarakat Indonesia yang hidup di kota besar memiliki kebiasaan mengkonsumsi tiga helai tisu untuk mengeringkan tangan.

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Kebutuhan Pasar Lokal Tinggi, MMI Manfaatkan Serat Bambu untuk Produksi Tisu
Tribunnews/JEPRIMA
Pekerja membersihkan lantai dengan latar belakang layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebutuhan tisu untuk kebutuhan sehari-hari di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan terus bertambahnya populasi penduduk.

Data menunjukkan, sebanyak 54 persen masyarakat Indonesia yang hidup di kota besar memiliki kebiasaan mengkonsumsi tiga helai tisu untuk mengeringkan tangan.

Namun pada saat bersamaan, produksi tisu untuk memenuhi kebutuhan nasional membutuhkan pasokan pulp (bubur kayu) yang juga besar dan berisiko pada aktivitas penebangan pohon yang masif.

Baca juga: Ekspansi Setelah Berbulan-bulan Lesu, Industri Tekstil Sekarang Khawatir Digempur Produk Impor

Menyiasati hal tersebut, industri manufaktur kemudian mencari terobosan baru dengan memanfaatkan bahan baku tisu dari bambu.

Terobosan tersebut dilakukan oleh PT Multi Medika Internasional Tbk (MMI), emiten bursa yang
bergerak dalam bidang usaha pengembangan produk dan distribusi ke pasar Indonesia melalui jalur perdagangan modern/umum dan e-commerce.

Mengky Mangarek, CEO MMI mengatakan, perusahaannya memperkenalkan Miutiss, tisu berbahan baku bambu. "Produk tisu ini merupakan inovasi pengembangan produk tisu yang terbuat dari serat pohon bambu alami yang ramah lingkungan," ujar Mengky dikutip Senin, 27 Mei 2024.

Berita Rekomendasi

Dia menjelaskan, bambu yang digunakan untuk produksi tisu memiliki sertifikat dari Forest Stewardship Council (FSC).

Sertifikat FSC merupakan bukti bahwa bahan baku yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

"Tisu bambu sendiri memiliki serat yang kuat sehingga tidak mudah robek, menjadikannya pilihan yang nyaman dan andal untuk digunakan sehari-hari rumah tangga," ungkap Mengky.

Selain itu, tisu berbahan baku bambu lebih ramah terhadap lingkungan karena dapat 100 persen terurai dengan baik karena terbuat dari serat tanaman bambu. "Kami berharap tisu ini dapat memberikan solusi yang inovatif dan bertanggung jawab bagi keluarga modern tanpa menimbulkan dampak negatif pada lingkungan," ujarnya.

Dia mengatakan, dari sisi teknologi, proses produksi tisu selama sama dengan proses pembuatan kertas yang juga dibuat dari bahan baku kayu serta memerlukan sangat banyak air dalam prosesnya.

"Untuk membuat 3.2 juta ton tisu toilet, produsen harus menebang sekitar 54 juta batang pohon dan dalam setiap roll tisu yang kita gunakan menghabiskan sekitar 140 liter air untuk proses pembuatannya," jelasnya.

Sedangkan pembuatan 1 ton kertas itu sendiri membutuhkan 20 pohon 7 dewasa, lebih dari 90.000 liter air, lebih dari 1.2 ton batubara dan berbagai bahan kimia lain yang dapat mencemarkan lingkungan.

Untuk memasarkan tisu dari serat bambu ini MMI bermitra dengan retailer terbesar yang memiliki puluhan ribu cabang di seluruh Indonesia.

Untuk sisi inovasi, perusahaan menjalin kerja sama dengan lisensi Intellectual Property (IP) global antara lain dari Korea, Jepang, China dan AS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas