Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Jadi Mata Uang Terlemah di Asia, Ini Sentimen Pemicunya

Mayoritas mata uang di kawasan menguat, di mana won Korea Selatan penguatan terbesar setelah ditutup naik 0,41 persen terhadap dolar AS.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Rupiah Jadi Mata Uang Terlemah di Asia, Ini Sentimen Pemicunya
Tribunnews/JEPRIMA
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer, Jakarta Pusat. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah 0,36 persen ke Rp 16.076 pada perdagangan pasar spot Senin (27/5/2024).

Pelemahan mata uang garuda terdalam di Asia.

Mayoritas mata uang di kawasan menguat di mana won Korea Selatan penguatan terbesar setelah ditutup naik 0,41 persen terhadap dolar AS.

Baca juga: Pekan Depan Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Tembus Rp16.000, Ini Faktornya

Adapun baht Thailand naik 0,31 persen, dolar Taiwan naik 0,28 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,21 persen.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan pelemahan Rupiah terjadi akibat pasar menunggu isyarat lebih lanjut mengenai suku bunga AS dari data inflasi utama yang akan dirilis minggu ini.

Selain itu, hari libur pasar di Inggris dan AS membatasi volume perdagangan, begitu pula dengan kurangnya petunjuk langsung.

“Fokus minggu ini tertuju pada data indeks harga PCE alat pengukur inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada hari Jumat,” kata Ibrahim dalam kajiannya.

Berita Rekomendasi

Ukuran inflasi pilihan Federal Reserve diperkirakan akan stabil dari bulan ke bulan.

Greenback mengalami peningkatan kekuatan dalam beberapa sesi terakhir karena para pedagang terus mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed tahun ini.

Para pedagang kini mempertimbangkan peluang yang lebih besar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tetap stabil bahkan di bulan September, menurut alat CME Fedwatch.

Prospek suku bunga yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama merupakan pertanda baik bagi dolar dan buruk bagi mata uang Asia yang kaya akan risiko.

“Pasar juga menunggu lebih banyak isyarat dari importir komoditas utama Tiongkok, terutama mengenai bagaimana Beijing berencana mendanai dan melaksanakan sejumlah langkah stimulus yang baru-baru ini diumumkan,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas