Bulog Diminta Akuisisi Industri Beras Kamboja, Begini Respon Asosiasi Petani
Bapanas mendukung inisiatif akuisisi sumber beras di Kamboja seperti ide yang dilontarkan Jokowi.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, INDRAMAYU - Presiden Joko Widodo memerintahkan Perum Bulog mengakuisisi sumber beras dari Kamboja dalam waktu dekat.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa menilai hal ini sebagai upaya Jokowi memenuhi kebutuhan beras Indonesia.
Jadi, ketika Jokowi merasa kebutuhan beras masyarakat RI belum tercukupi, diminta lah Bulog melakukan akuisisi tersebut.
"Ketika itu masih dirasa masih belum mencukupi, [dilakukan] yang tadi yang disampaikan rencana Pak Jokowi," kata Dwi Andreas ketika ditemui usai peluncuran Rice Milling Plant AB2TI di Desa Kalensari, Widasari, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (11/6/2024).
Guru Besar IPB itu meyakini pemerintaha tetap memprioritaskan peningkatan produksi beras dalam negeri.
"Saya yakin juga pemerintah pasti akan memprioritaskan untuk peningkatan produksi dalam negeri itu pastilah," ujar Dwi Andreas.
Dalam kesempatan sama, Kepala Badan Pangan Nasional sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, Arief Prasetyo Adi mendukung inisiatif akuisisi sumber beras di Kamboja.
Arief mengaku belum mendapat penugasan tersebut, tetapi ia memastikan akan mempelajari lebih lanjut terkait rencana ini.
Menurut dia, hal ini berarti memungkinkan Indonesia memiliki cadangan pangan di luar negeri.
Baca juga: 1,7 Juta Ton Beras dan 1.300 Ekor Sapi Disiapkan untuk Idul Adha 2024
"Jadi, pada saat kita punya cadangan pangan di luar negeri, seandainya kita tidak memerlukan pun kita bisa jual di luar negeri. Itu baik," kata Arief.
Meski memiliki rencana ini, Arief meyakini prioritas nomor satu pemerintah dalam pengadaan beras adalah dengan mendapatkannya dari dalam negeri.
Ia menyimpulkan bahwa rencana Jokowi ini menunjukkan orong nomor satu di Indonesia itu mampu melihat proyeksi ke depan.
"Mungkin Pak Presiden beyond ya, sudah melihat ke depan apabila percepatan pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan kita dirasakan lebih cepat daripada produksi kita," ujar Arief.
Baca juga: HPP Gabah dan Beras Resmi Naik, Mulai dari Rp 6 Ribu Per Kg
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, Badan Urusan Logistik (Bulog) akan melakukan akuisisi sumber beras dari Kamboja dalam waktu dekat.
Hal itu dia sampaikan saat menjadi pembicara di acara HUT Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ke-52 di Hotel Fairmont Jakarta Pusat, Senin (10/6/2024).
Menurutnya, akuisisi itu dilakukan atas perintah Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Luhut mengeklaim bahwa Jokowi meminta dia untuk menindaklanjuti proses akuisisi itu.
Baca juga: Ini Lokasi Anak-anak Pemburu Klakson Telolet Basuri di Jabodetabek
"Bulog akan akuisisi beberapa sumber beras di Kamboja dan Presiden tadi sudah memerintahkan saya untuk kita tidak lanjut," kata Luhut.
"Sudah memang ditindaklanjuti sekarang tinggal kita melakukan," imbuh Luhut menegaskan.
Selain akuisisi beras, pemerintah juga bakal melakukan ekspansi bisnis bagi unit Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain yaitu PT Pertamina. Luhut bilang, Pertamina akan melakukan akuisisi perusahaan asal Brasil untuk gula dan etanol.
Nantinya, kata Luhut ekspansi bisnis itu akan merubah bahan bakar minyak (BBM) dengan bio ethanol. Hal itu dilakukan secara bertahap.
"Sehingga karena cuaca yang jelek ini air polution yang sangat tinggi di Jakarta, kita akan ganti bensin itu dengan secara bertahap bio ethanol, dan juga menurunkan sulfur kita dibawah 500 sampai kemungkinan 50 atau 60," ungkapnya.
Terakhir, dia menyatakan rencana pemerintah untuk mengganti BBM dengan bio ethanol itu ditargetkan bakal bisa tercapai dalam kurun waktu 20 sampai 30 tahun kedepan.
"Nah ini saya kira dalam 20-30 tahun kedepan kita akan bisa capai. Sehingga nanti Pertamina memiliki sumber energi dan sumber gula di Brazil itu akan membuat ketahanan energi bagus," jelas dia.