Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Soal Telat Bongkar Muat 490 Ribu Ton Beras Impor, Kepala Bapanas: Hal Lumrah, Biasa Dalam Bisnis

Perum Bulog sebelumnya mengungkap adanya denda yang harus ditanggung pihaknya akibat adanya keterlambatan bongkar muat sebagian beras impor.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Soal Telat Bongkar Muat 490 Ribu Ton Beras Impor, Kepala Bapanas: Hal Lumrah, Biasa Dalam Bisnis
Endrapta Pramudhiaz/Tribunnews.com
Kepala Badan Pangan Nasional sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, Arief Prasetyo Adi. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menilai demurrage merupakan hal yang lazim dalam kegiatan ekspor impor.

Demurrage adalah biaya yang timbul karena keterlambatan bongkar muat di pelabuhan. Arief menekanan ini merupakan hal yang biasa.

Diketahui, Perum Bulog sebelumnya mengungkap adanya denda yang harus ditanggung pihaknya akibat adanya keterlambatan bongkar muat sebagian beras impor dari sebanyak 490 ribu ton di Pelabuhan Tanjung Priok.

Baca juga: Soal Demurrage Beras Bulog, Ini Penjelasan Kepala NFA Arief Prasetyo Adi

Ia mengatakan, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan bongkar muat dan itu dinilai lumrah terjadi, sehingga bisa diperhitungkan secara business to business

"Demurrage itu belum selesai hitungannya, mencakup ada shipping line, ada insurance, untuk ekspor impor itu hal yang biasa. Jadi pada saat orang mengekspor atau mengimpor, bisa karena hujan atau hal lainnya, jadi tidak bisa bongkar," kata Arief dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (21/6/2024).

"Itu tinggal dilihat, apakah karena hujan, dia yang tadinya harusnya 6 hari, jadi bisa 7 atau 8 hari. Itu hal biasa dalam business to business seperti biasanya," lanjutnya.

BERITA REKOMENDASI

Dalam hal ini, Arief mengatakan bahwa yang paling tepat untuk menjelaskannya adalah Direktur Utama Perum Bulog. Posisi Bapanas di sini adalah pihak yang menugaskan Bulog.

Bapanas menugaskan Bulog sesuai hasil Rapat Terbatas (Ratas). Kemudian, Bulog yang akan melakukan kegiatan business-to-business (B2B).

"Yang order, yang mengimpor, yang mendistribusikan itu Bulog. Ini murni impor," ujar Arief.

Mantan Direktur Utama ID Food itu pun memastikan stok beras yang dikelola Bulog berada dalam posisi yang aman dan mencukupi.

Total stok beras saat ini 1,7 juta ton dan disebut akan terus bertambah seiring penyerapan produksi dalam negeri.


Adapun hingga pertengahan Juni, Arief mengatakan Bulog telah menyerap produksi dalam negeri dan totalnya sudah hampir 700 ribu ton

"Bulog bergerak melakukan itu melalui berbagai program yang baik sekali. Ada program Jemput Gabah, program Mitra Petani, dan program Makmur," jelas Arief.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas