Sunarso Anak Petani Jadi Dirut BRI, Ungkap Kiat Sukses Lewati Covid, Sumbang Negara Rp 161 T
Sejak September 2019, Sunarso jadi Direktur Utama BRI. Sunarso bercerita pencapaiannya memberi kontribusi Rp 161 triliun bagi bangsa.
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Sanusi
Perubahan strategi itu efektif memberi kebaikan. Selama kurun waktu 6 tehaun sejak 2018, BRI berkontribusi pada keuangan negara sebesar Rp 161,7 triliun.
“Saya hapal kinerja keuangan BRI,” katanya. Tahun 2019 BRI laba Rp 34 triliun, kemudian karena Covid, tahun 2020 masih laba tapi turun menjadi Rp 18 triliun. Buah dari tranformasi terasa, tahun 2021 laba naik menjadi Rp 31 triliun, selanjutnya 2022 laba Rp 51 triliun, dan tahun 2023 laba meningkat lagi menjadi Rp 60 triliun.
Sunarso rupanya punya maksud di balik kisah perjalanan hidup dari kecil hingga sukses membawa BRI menjadi bank peraih laba tertinggi di Indonesia. “Bank BRI ini perusahaan besar. Perlu menjaga sustainability (keberlanjutan), agar terus bertumbuh,” kata Sunarso.
Ia meminta semua banker BRI, dan vendor mitra, agar tidak terlibat praktik gratifikasi dan korupsi.
Pada acara ini, Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengatakan pemberantasan korupsi berjalan di tempat. "Indonesia tidak baik-baik saja. Terbukti indeks pemberantasan korupsi, jalan di tempat. Saat ini sama seperti saat saya masuk KPK tahun 2015,” kata Alex.
Contoh lain, kebocoran biaya pembangunan di pemerintah daerah, berkisar 10 sd 20 persen. "Di BUMN juga ada masalah. Tapi bukan di BRI,” katanya.
Ia menyebut, jasa konsultan, digunakan untuk mengeluarkan dana BUMN. Perusahaan konsultan itu itu saja. "Berapa biaya? Saya sudah minta staf kaji semua. Jangan sampai jumlah semuanya triliunan. Dan jangan sampai, korupsi mulai dari perencanaan. Misalnya, mulai dari perencanaan anggaran, dibuat pos tertentu dan dilobi oleh vendor agar dapat jasa konsultan. Kalau sejak perencanaan saja sudah ada korupsi, maka proyeknya pasti abal-abal, tidak benar. Makanya banyak alat yang dibeli miliaran, kita dapati mangkrak,” ujar Alex.
Keputusan Besar Diputuskan Bersama, Dirut Tidak Otoriter
Sunarso membuka kiat manajemen BRI. "Ada tiga area paling saya waspadai, yakni pemberitan kredit, pengadaan dan penempatan orang."
Menurut Sunarso, ia bersepakat dengan manajemen puncak BRI membangun sistem berprinsip pada good corporate governance, yakni semua hal besar harus diputuskan melalui rapat komite. Komite dibuat berjenjang A, B, C dan seterusnya, dari level dewan direksi, pimpinan regional hingga kepala cabang BRI.
"Jarang keputusan besar saya putus sendiri. Kecual hal-hal kecil, baru saya putus sendiri. Jangan pernah membawa kepentingan pribadi. Jangan pernah bawa alasan saya dipaksa. Mari kita putus bersama-sama dalam satu meja rapat. Setiap rapat pun diibuatkan notulensi. Semua peserta tanda tangan. Jadilah profesional di bagian atau bidang masing-masing,” kata Sunarso.
Dia pun mengukap perlunya pemisahan tugas dan kewenangan setiap bagian, segregation of Duties (SoD). BRI membagi tugas atas beberapa pilar, yakni bisnis, pilar risk management dan pilar operation. Semua saling menghargai tugas pokok masing-masing. Tidak boleh saling menihilkan. Tidak boleh intervensi.
“Dulu, zaman Orde Baru kita dengar skandal ketebelece dari pimpinan bank. Sekarang tidak boleh. Setiap proposal kredit misalnya, harus dikaji. Kalau layak katakan layak, kalau tidak katakan tidak. Tidak boleh ragu. Pilihannya tidak boleh atau. Jangan eksekusi satu program yang ragu. Kalau dilaksanakan, (pilar) operation akan kena masalah,” katanya. Dirut tidak otoriter, asal perintah.
BRI merupakan holding beberapa perusahaan. Anak perusahaan BRI antara lain, PT Pegadaian, Permodalan Nasional Madani (PNM), BRI Danaresksa Sekuritas, BRI Ventures, BRI Life, BRI Finance, BRI Remittance, BRI Raya. Tahun 2023, BRI memiliki karyawan lebih dari 200 ribu orang. Data April 2024, aset PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp 1.989,07 triliun.