Transaksi dan Jumlah Investor Kripto Terus Naik, Tapi Edukasi Perlu Terus Digencarkan
Nilai transaksi kripto di Indonesia sejak Januari sampai Mei 2024 telah mencapai Rp260,9 triliun.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri kripto di Indonesia terus berkembang dinamis dan secara menunjukkan berbagai peningkatan positif terutama dari jumlah pelanggan dan nilai transaksinya.
Data Badan Pengawas Berjangka Perdagangan Komoditi Indonesia (Bappebti) menyebutkan, di bulan Mei 2024 terjadi kenaikan jumlah investor kripto sebanyak 363.101 dengan total investor mencapai 19,75 juta.
Sementara, nilai transaksi kripto sejak Januari sampai Mei 2024 telah mencapai Rp260,9 triliun.
Aset kripto memiliki daya tarik kuat bagi sebagian orang, namun edukasi dan literasi mengenai aset kripto beserta ekosistem Self-Regulatory Organization (SRO)-nya seperti bursa crypto CFX, Kliring Komoditi Indonesia, dan lembaga depository harus terus digalakkan kepada publik.
Plt Kepala Bappebti Kasan saat sesi keynote speech program Pintu Talks di Institut Pariwisata Trisakti mengungkapkan, kegiatan edukasi asset kripto harus terus dikampanyekan agar pemahaman masyarakat semakin baik, benar dan komprehensif.
"Sehingga dapat menjadi bekal sebagai calon pelanggan dalam mempertimbangkan untuk bertransaksi di perdagangan aset kripto,” katanya.
Direktur Utama CFX Subani mengatakan, selaku SRO, banyak hal yang perlu diedukasikan khususnya terkait dengan regulasi aset crypto serta peran lembaga SRO.
"Kehadiran CFX di sini dengan mengenalkan ekosistem SRO yang ada, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat," katanya.
"Bursa CFX memiliki tujuan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi kripto sambil terus mendorong berbagai inovasi produk yang menjadi pilihan bagi investor dalam negeri,” katanya.
Baca juga: Mungkinkah Membangun IKN Lewat Investasi Kripto? Begini Pendapat Praktisi
Head of Department Digital Business Institut Pariwisata Trisakti Ariawan Aryapranata menaruh perhatian khusus pada crypto dan blockchain.
Bahkan di salah satu program studi Business Digital sudah memiliki kurikulum dengan mengikuti standar global yang mempelajari tentang blockchain dan cryptocurrency.
"Kami juga aktif bekerja sama dengan salah satu perusahaan metaverse di Indonesia. Jadi pembahasan seperti Proof of Stake (PoS), Proof of Work (PoW), Metaverse, Non-fungible Token (NFT) semuanya dibahas di dalam kelas yang dikaitkan dengan dunia pariwisata," katanya.
Baca juga: Bappebti: Literasi Kripto Mutlak Dilakukan Terutama untuk Generasi Milenial dan Gen Z
General Counsel PINTU Malikulkusno Utomo mengatakan, investasi pada aset crypto memiliki risiko yang tinggi sehingga perlu pemahaman yang baik sebelum memutuskan investasi.
"Pintu Talks menjadi salah satu komitmen kami untuk memberikan wadah edukasi ke berbagai komunitas hingga kampus kampus seperti di Iinstitut Pariwisata Trisakti," kata pria yang akrab dipanggil Dimas ini.
Ia berharap kehadiran regulator dan akademisi di industri crypto ini tidak hanya mendorong ketertarikan untuk berinvestasi aset crypto, namun bisa memberikan insights kepada pelaku usaha agar bisa terus berinovasi.