Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bio Farma Minta PMN Non Tunai Senilai Rp 68 M Berupa Fasilitas Produksi Vaksin

PT Bio Farma (Persero), mengusulkan penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 68 miliar berupa Bangunan Milik Negara (BMN).

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bio Farma Minta PMN Non Tunai Senilai Rp 68 M Berupa Fasilitas Produksi Vaksin
Bio Farma
Ilustrasi 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Holding BUMN Farmasi, PT Bio Farma (Persero), mengusulkan penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 68 miliar berupa Bangunan Milik Negara (BMN).

Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya menjelaskan, BMN tersebut sudah ada sejak 2008 yang dibangun oleh Kementerian Kesehatan di lahan Bio Farma. Bangunan ini waktu itu difungsikan untuk pembangunan fasilitas vaksin flu burung. Saat ini kondisinya mangkrak dan tidak terurus.

Bangunan terletak di dua lokasi di Bandung, yakni di Pasteur dan Cisarua. Di situ, sudah dilengkapi alat-alat produksi, di antaranya seperti genset, freezer, beberapa alat terkait untuk produksi pengembangan cell, dan lain-lain.

Baca juga: Penjelasan Bos Holding BUMN Farmasi Soal Temuan Fraud di Indofarma, Ada Utang Pinjol

"Kalau dilihat dari perkembangan sampai sekarang, kami masih membutuhkan itu sebagai pelengkap untuk pengembangan dua produksi utama kami," kata Shadiq dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakaerta, Selasa (2/7/2024).

Dua pengembangan vaksin utama yang saat ini sedang dilakukan Bio Farma adalah Rotavirus dan Measles-Rubella.

Vaksin-vaksin tersebut menjadi bagian dari program imunisasi nasional, tetapi Shadiq menyebut pihaknya belum bisa memproduksi sendiri karena keterbatasan fasilitas.

BERITA REKOMENDASI

Seandaianya Bio Farma diberikan BMN tersebut, proses pengembangan vaksin disebut akan lebih cepat.

Ia mengatakan, dari PMN Rp 68 miliar yang berupa BMN ini akan mengurangi biaya proyek pengembangan yang akan dibutuhkan sekitar Rp 550 miliar.

Lalu, apabila bisa menggunakan bangunan ini, Shadiq memandang dalam produksinya, bisa menggantikan produk impor agar dapat meningkatkan kemandirian indusri dalam negeri.

Baca juga: Kimia Farma dan MSD Indonesia Kerjasama Edukasi Penyakit HPV di Masyarakat

"Rotavirus itu adalah produksi yang sekarang kami masih impor dari luar. Untuk Measles-Rubella, kami sekarang masih mengimpor itu dari India," jelas Shadiq.

"Kalau keduanya diproduksi dalam negeri, tentu itu bisa jadi pengehmat untuk devisa negara," pungkasnya.

Ia mengatakan, kedua vaksin yang dikembangkan ini akan disuplai ke Kementerian Kesehatan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas