Kisah Petani Padi Beralih ke Tembakau: Lahan Sawah Tak Pernah Nganggur Lagi
Dia nekat menjadi petani tembakau meskipun tidak pernah bersentuhan dengan pertanian tembakau sebelumnya.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paino (55) seorang petani padi mendapat berkah setelah beralih menanam tembakau di lahan sawah miliknya.
Lahan sawah Paino berada di Dukuh Ngepoh, Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Dia nekat menjadi petani tembakau meskipun tidak pernah bersentuhan dengan pertanian tembakau sebelumnya.
"(Sebelumnya) saya belum pernah tanam tembakau. Tapi karena ajakan teman-teman petani lain yang sudah lebih dulu ikut dan keluarga yang sangat mendukung sekali, saya akhirnya juga ikut program kemitraan," cerita Paino baru-baru ini.
Baca juga: BRIN Dorong Kajian Ilmiah Lebih Lanjut Produk Tembakau Alternatif
Kesejahteraan Paino meningkat sejak dirinya mengikuti program kemitraan dengan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui perusahaan pemasok.
Paino menceritakan, ia telah menjadi petani mitra dalam program kemitraan Sampoerna yang dijalankan melalui pemasok sejak tahun 2016.
Awalnya, pemasok tersebut mengadakan sosialisasi program kemitraan petani tembakau di desanya.
Rupanya tidak adanya pengalaman itu bukan masalah.
Sebab Paino mendapatkan berbagai pelatihan terkait bertani tembakau.
"Ada pelatihan tentang bagaimana cara mengolah tanah, pembibitan, proses tanam, sampai panen dan pasca-panen," jelasnya.
Paino mengenang, pertama kali ikut program kemitraan, ia memulai dengan jumlah bibit tanaman yang lebih sedikit daripada petani tembakau lain pada umumnya.
Itu pun dengan diiringi kekhawatiran tanaman tembakaunya tidak berhasil tumbuh dengan baik.
Setelah mendapat berbagai pelatihan sebagai bagian dari program kemitraan, Paino akhirnya mengetahui cara tanam yang optimal, sehingga selanjutnya ia menanam tembakau di seluruh lahan miliknya hingga kini.
Sebelum ikut program, Paino setiap tahunnya hanya melakukan satu kali panen padi. Setelah itu lahannya ditanami jagung.
Bahkan, jika tidak turun hujan atau musim kemarau, lahan sawahnya dia biarkan kosong tidak ditanami tanaman apa pun.
Dengan demikian, jika sedang musim kering, Paino tidak memperoleh pendapatan dari lahannya.
"Padi cuma sekali. Habis padi, kadang-kadang kasih jagung. Itu saja kalau hujan. Kalau tidak ada hujan, tidak panen. Jadi sawah nganggur," ungkap Paino.
Sejak ada program kemitraan petani tembakau, jelas Paino, lahan sawah miliknya menjadi produktif saat musim kemarau. Ia tetap dapat mengolah lahan sawahnya untuk ditanami tembakau.
"Sekarang lahan sawah saya tidak pernah nganggur. Tiap tahun pasti ditanami tembakau," terang dia.
Dirinya kekinian bisa merenovasi rumah dan membiayai anaknya, Nina Nur Oktavia hingga selesai kuliah.
Selain itu, karena pertanian tembakaunya terus berkembang, Paino mengatakan saat ini ia juga mempekerjakan dua orang tetangganya untuk membantu menggarap lahannya selama musim tanam tembakau.
Mereka diminta untuk membantu saat pengolahan tanah, pemupukan dan musim panen.
Dengan demikian, selain lahan menjadi produktif, program kemitraan pertanian tembakau juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.