Prabowo Targetkan Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, CORE Ingatkan Hal Ini
Ekonomi dalam negeri pada saat ini belum betul-betul aman dan pemerintah harus fokus pada kebijakan yang akhirnya bakal memengaruhi pertumbuhan
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal berpendapat, pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto perlu mempelajari kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahan sebelumnya menyoal target pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah kondisi global yang masih belum stabil.
Sebab menurut Faisal, ekonomi dalam negeri pada saat ini belum betul-betul aman dan pemerintah harus fokus pada kebijakan yang akhirnya bakal memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik.
"Pemerintahan Prabowo, pertama melihat apa belajar daripada pengalaman kebijakan yang dilakukan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, dalam mengelola perekonomian untuk bisa mencapai kinerja yang lebih bagus kedepan, sebagaiman targetnya 8 persen itu. Tapi dalam kondisi ekonomi global yang tidak kalah menantang dibandingkan dengan sebelumnya," kata Faisal dalam Webinar 'Midyear Review CORE Indonesia 2024 secara virtual, Selasa (23/7/2024).
Baca juga: CORE Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 5 Persen di 2024
Faisal menyatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen harus berfokus pada industri manufaktur. Sebab industri ini juga dicap menjadi pendorong ekonomi bahkan di negara-negara ASEAN.
Menurutnya, pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hilirisasi menjadi salah satu strategi untuk mendorong industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun, Faisal melihat bahwa hilirisasi pertambangan belum sempurna karena baru di nikel feronikel.
"Industri manufaktur itu menjadi driver utama pertumbuhan sebagimana juga belajar dari pengalaman negara-negara asian yang sudah lebih sukses daripada kita mendorong pertumbuhan ekonominya. Jadi harus mendorong industrinya dulu," jelas Faisal.
Faisal menyatakan, pada pemerintahan presiden terpilih nanti hilirisasi sektor pertambangan bisa menjadi opsi untuk menggenjot industri manufaktur. Sebab kata dia, potensi pertanian jauh lebih besar serta penyerapan tenaga kerja jauh lebih banyak dibandingkan sektor pertambangan.
"Ini bisa diperluas ke sektor pertanian karena cakupannya ada perkebunan pertanian ada peternakan perhutanan, tinggal belajar daripada pelemahan yang terjadi dari hilirisasi yang terjadi 10 tahun terakhir," ungkapnya.
Selain itu, Faisal menegaskan bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga harus menggerakkan ekonomi lokal dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Baca juga: Susun Whitepaper Kebijakan Ekonomi, Kadin Gelar Rakor dengan Ratusan Asosiasi Industri
"Tentu saja kita perlu melihat juga pemerintah kedepan adalah bagaimana kebijakan-kebijakan yang mengkoreksi atau belajar daripada kebijakan yang sebelumnya kaitannya dengan fiskal, perdagangan da lain-lain," tegas Faisal.
Sementara itu, Presiden Terpilih Prabowo Subianto meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8 persen di masa kepemimpinannya.
Bahkan ia mengaku bertaruh dengan beberapa menteri dari negara lain terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan. Meskipun dia tidak menyebutkan negara mana yang bertaruh dengannya soal pertumbuhan ekonomi ini.
"Kita harus berani menaruh sasaran yang lebih tinggi. Kalau saya optimis kita bisa mencapai 8 persen pertumbuhan. Bahkan saya taruhan dengan beberapa menteri dari sebuah negara tetangga," kata Prabowo, Kamis.
Namun ia mengungkapkan, jika berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen sekali saja dalam 5 tahun, menteri dari negara tetangga itu akan mentraktirnya makan malam.
"Saya tidak sebut negara mana, banyak wartawan semua direkam. Tapi ada beberapa menteri dari sebuah negara yang taruhan sama saya," ucap dia.
"Dia bilang, 'Excellency, if u can achieve 8 percent growth, once', sekali saja dalam 5 tahun akan datang, kita mencapai 8 persen, mereka akan beli makanan, makan malam untuk saya," imbuh Prabowo.