Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tantangan Pengembangan Bioetanol di Indonesia Masih Andalkan Bahan Pangan

Tantangan utama pengembangan bioetanol di Indonesia adalah karena bahan bakunya masih mengandalkan bahan-bahan yang juga bersumber dari bahan pangan.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Tantangan Pengembangan Bioetanol di Indonesia Masih Andalkan Bahan Pangan
Tribunnews/Lita
Seminar GIIAS 2024 bertajuk Tantangan dan Implementasi Bioetanol di Indonesia di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/7/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Pemerintah berupaya mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan beragam cara, mulai dari adopsi kendaraan elektrifikasi hingga menyiapkan bahan bakar lebih ramah lingkungan.

Pertamina juga berkomitmen mendukung upaya pemerintah mencapai net zero emission dengan mengembangkan roadmap asset decarbonization dan green business building.

SVP Business Development PT Pertamina (Persero) Wisnu M Santoso, menyampaikan Indonesia bisa mencapai net zero emission apalagi memiliki potensi bioenergi.

'"Kalau kita bicara mengenai bioenergi secara keseluruhan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, kalau kita setarakan sekitar 32,6 giga watt yang bersumber dari bioetanol seperti kelapa sawit, tebu dan sebagainya," tutur Wisnu dalam Seminar GIIAS 2024 Tantangan dan Implementasi Bioetanol di Indonesia, ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/7/2024).

Wisnu menjelaskan, tantangan utama pengembangan bioetanol di Indonesia adalah karena bahan bakunya masih mengandalkan bahan-bahan yang juga bersumber dari bahan pangan.

"Kalau kita lihat sumber utama dari bioetanol itu tebu dan jagung yang masih banyak sebagai bahan pangan konsumsi," ucap Wisnu.

Berita Rekomendasi

Saat ini, Pertamina siap memproduksi bioetanol dan mendistribusikannya kepada end user yang ada di seluruh Indonesia.

"Pertamina melalui Tim Technology Innovation mengembangkan solusi alternatif produksi bioetanol dengan beberapa bahan baku yang diharapkan lebih affordable, sustainable dan tidak berkompetisi dengan pangan," ungkapnya.

Baca juga: Gembar-gembor Kembangkan BBM Ramah Lingkungan, Menteri ESDM Bilang Stok Bioetanol Belum Memadai

Untuk mendukung produksi bioetanol, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

Aturan ini kemudian dielaborasi melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No 418 Tahun 2023 tentang Peta Jalan (Road Map) Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

Baca juga: Papua Selatan Akan Disulap Jadi Food Estate Tebu dan Bioetanol

Deputi Menko II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera, mengatakan target pada tahun 2030 produktivitas tebu mencapai 93 ton/ha dengan perluasan luas lahan 700.000 hektar dan rendemen 11,2 persen, hingga produksi bioetanol 1,2 juta kiloliter per-tahun.

"Penyediaan lahan perkebunan tebu untuk mendukung swasembada gula baik yang berasal dari kawasan hutan dan non kawasan hutan sesuai amanat Perpres 40/2023," ujarnya.

"Dibutuhkan juga dukungan semua pihak untuk percepatan perluasan tambahan lahan 700.000 ha, termasuk lahan yang ditargetkan PTPN III holding seluas 179.000 ha. Potensi lahan di Pulau Jawa sebesar 67.000 ha dan potensi lahan keseluruhan 1,7 juta ha," ucap Dida.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas