Pemerintah RI Bisa Tiru Jepang untuk Turunkan Angka Prevalensi Perokok
Penjualan rokok di Jepang mencapai 182,34 miliar batang ketika produk tembakau alternatif tersedia lebih luas pada 2015. Dan penjualan rokok menurun
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laporan Global State of Tobacco Harm Reduction (GSTHR) pada Mei 2024 mengungkap dukungan pemerintah Jepang terhadap pemanfaatan produk tembakau alternatif berhasil mengurangi konsumsi rokok yang ditunjukkan penurunan penjualan sebesar 52 persen.
Penjualan rokok di Jepang mencapai 182,34 miliar batang ketika produk tembakau alternatif tersedia lebih luas pada 2015. Dan penjualan rokok menurun sebesar 52 persen menjadi hanya 88,1 miliar pada 2023.
Hal ini imbas dari dukungan pemerintah Jepang terhadap keberadaan produk tembakau alternatif yang diperkuat dengan kebijakan tarif cukai produk tembakau alternatif sebesar dua kali lebih rendah dibandingkan rokok, serta tetap memperbolehkan penggunaan produk tembakau alternatif di ruangan khusus untuk aktivitas makan dan minum, seperti restoran.
Sementara, berdasarkan survei The Global State of Smoking 2019, sebanyak 40 persen alasan tertinggi perokok dewasa di Jepang beralih ke produk tembakau alternatif adalah karena mereka khawatir dengan risiko kesehatan pada perokok pasif.
Menanggapi hal ini, President & CEO Global Action to End Smoking, selaku organisasi independen nirlaba yang berfokus mencegah risiko dari kebiasaan merokok, Clifford E. Douglas, menjelaskan seluruh pemangku kepentingan perlu mendengar dan memahami tantangan perokok dewasa.
Sebab, selama ini penyedia layanan kesehatan dan konsumen hanya memberikan pilihan terbatas bagi perokok dewasa seperti berhenti merokok secara langsung atau menggunakan produk obat pengganti nikotin.
“Tapi, ada banyak orang yang kesulitan beralih dari kebiasaan merokok dengan menggunakan obat-obatan," kata Clifford dalam konferensi Global Forum on Nicotine 2024 di Warsawa, Polandia, dikutip Senin (29/7/2024).
Baca juga: Jokowi Teken Aturan Rokok Dilarang Dijual Eceran dan Dekat Sekolah
Clifford melanjutkan, pemerintah dan organisasi kesehatan seharusnya tidak membatasi dan memaksakan pilihan kepada perokok dewasa dalam upaya menurunkan prevalensi merokok. Kerap kali, upaya tersebut tidak efektif.
"Mewajibkan perokok untuk berhenti total adalah tindakan yang tidak manusiawi dan tidak bisa diterima," lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan mengatakan pemerintah Indonesia bisa berkaca pada keberhasilan negara maju, seperti Jepang, dalam mendukung penuh produk tembakau alternatif untuk membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok.
Dukungan yang diberikan pemerintah bisa melalui edukasi dan penyebaran informasi komprehensif tentang produk hasil inovasi ini kepada khalayak luas.
"Potensi produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko dapat dimanfaatkan pemerintah untuk menekan prevalensi merokok di Indonesia," ungkapnya.
"Pemerintah dapat memanfaatkan potensi produk tembakau alternatif dengan cara memberikan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat dan profil risiko produk tersebut, serta memberikan akses dan bertanggung jawab kepada perokok dewasa," jelas Paido.