Tower Bersama Infrastructure Bukukan EBITDA Rp 2,93 Triliun di Semester I 2024
Tower Bersama Infrastructure memiliki 42.177 penyewaan dan 23.327 sites telekomunikasi per 30 Juni 2024.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk. (TBIG) berhasil mencatat pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp3.414 miliar dan Rp2.937 miliar untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024.
Jika triwulan kedua ini disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA Perseroan mencapai Rp6.838 miliar dan Rp5.886 miliar.
TBIG memiliki 42.177 penyewaan dan 23.327 sites telekomunikasi per 30 Juni 2024. Sites telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 23.211 menara telekomunikasi dan 116 jaringan DAS.
Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 42.061, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,81x.
Baca juga: Pengamat Telekomunikasi: Dari Sisi Regulasi, Perlindungan Data Pribadi Masih Belum Maksimal
“Kami memprioritaskan eksekusi pesanan tepat waktu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan telekomunikasi kami. Untuk semester pertama, kami menambahkan 1.325 penyewaan kotor yang terdiri dari 902 sites telekomunikasi dan 423 kolokasi,” kata Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG, dikutip Sabtu, 3 Agustus 2024.
Per 30 Juni 2024, total pinjaman kotor (gross debt) Perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang dolar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya sebesar Rp27.956 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp628 miliar.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp775 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp27.181 miliar.
Menggunakan EBITDA kuartal kedua 2024 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap
EBITDA adalah 4,6.
“Kami terus memperdalam hubungan kami dengan bank dalam mata uang rupiah dan pasar obligasi,
dengan 44 persen dari total pinjaman kami berbentuk pinjaman dalam mata uang rupiah," ujarnya.
Pada akhir kuartal kedua, kami memiliki posisi likuiditas yang kuat dengan fasilitas pinjaman yang belum ditarik
sebesar lebih dari Rp 10 triliun baik dalam mata uang rupiah maupun USD.
"Likuiditas ini, ditambah dengan arus kas yang kuat dan sumber pendanaan yang terdiversifikasi, menempatkan TBIG dengan keyakinan dalam mengelola utang yang akan jatuh tempo,” ungkapHelmy Yusman Santoso, CFO TBIG.