Penyaluran Kredit BNI Tumbuh 11,7 Persen Jadi Rp 727 Triliun
BNI mencatat, kinerja kredit pada kuartal II 2024 tumbuh sebesar 11,7 persen secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi Rp 727 triliun.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat, kinerja kredit pada kuartal II 2024 tumbuh sebesar 11,7 persen secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi Rp 727 triliun.
Angka tersebut meningkat dibandingkan pertumbuhan kredit di kuartal I 2024 yang sebesar 9,6 persen YoY.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pertumbuhan kredit ini dihasilkan dari ekspansi yang prudent di segmen berisiko rendah.
Baca juga: Bangga! BRI Jadi Bank Terbesar versi Fortune Indonesia 100 & Fortune Southeast Asia 500 Tahun 2024
Yaitu, korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, kredit consumer, dan Perusahaan Anak.
Royke mengatakan, akselerasi pertumbuhan kredit ini juga tidak lepas dari stabilnya perekonomian nasional di tengah kondisi global yang sangat dinamis.
Selain itu, operating environment bagi perbankan disebut membaik, terutama sejak Bank Indonesia (BI) memberikan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM) dalam rupiah kepada bank yang menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor tertentu, yang berlaku sejak 1 Juni 2024.
BI melalui insentif tersebut telah memperluas cakupan sektor prioritas kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) dengan turut mencakup sektor otomotif, perdagangan, listrik, gas, air, serta sektor jasa sosial, ekonomi kreatif, dan juga pembiayaan hijau.
"Di samping sektor hilirisasi minerba-non minerba, perumahan, dan pariwisata yang telah ada sebelumnya," kata Royke dalam konferensi pers daring, Kamis (22/8/2024).
Dengan memanfaatkan insentif ini, perbankan memperoleh tambahan likuiditas yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat.
Bagi BNI, pemberian insentif ini dinilai berdampak positif pada Cost of Fund (CoF) yang mulai menunjukkan perbaikan di kuartal II 2024, karena dapat dimanfaatkan momentumnya untuk memperbaiki struktur dana pihak ketiga (DPK).
Baca juga: Kebiasan Menabung Rendah, BNI Ajak Anak Muda Kelola Keuangan Lebih Terencana
Adapun penyaluran kredit atau loan disbursement BNI (bank only) selama semester I 2024 mencapai Rp171 triliun, meningkat 48 persen dibandingkan semester I 2023.
Penyaluran diutamakan pada korporasi blue chip baik swasta dan BUMN.
Tiga sektor ekonomi dengan penyaluran kredit terbesar adalah perdagangan, energi, dan manufaktur.
Namun, secara umum, Royke menyebut BNI masih melihat loan demand yang cukup baik di seluruh sektor ekonomi.
“Ekspansi kredit kami fokuskan pada debitur top tier di masing-masing industri dan regional yang diikuti optimalisasi bisnis dari ekosistem debitur," ujar Royke
"Sehingga, mendorong pertumbuhan kredit di segmen lainnya, seperti consumer yang tumbuh hingga 15,1 persen YoY,” pungkasnya.
Lebih lanjut, BNI mencatat kredit segmen korporasi tumbuh 18,7 persen YoY menjadi Rp 403,1 triliun yang berasal dari korporasi blue chip baik swasta maupun BUMN.
Segmen konsumer tumbuh 15,1 persen YoY menjadi Rp 132,7 triliun, yang dikontribusikan terutama dari pertumbuhan personal loan dan kredit pemilikan rumah (mortgage).