Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Apersi Sebut Penambahan Kuota Rumah Subsidi Jadi 200 Ribu Unit Masih Kurang

Sektor properti telah berhasil menyerap belasan juta tenaga kerja, belum lagi efek berganda (multiplier effect) yang timbul.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Apersi Sebut Penambahan Kuota Rumah Subsidi Jadi 200 Ribu Unit Masih Kurang
HO
Rumah subsidi Puri Harmoni Kertamukti di Bekasi. Sektor properti telah berhasil menyerap belasan juta tenaga kerja, belum lagi efek berganda (multiplier effect) yang timbul. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) menyebut penambahan jumlah kuota penerima bantuan pembiayaan perumahan melalui program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) pada tahun ini masih kurang.

Pemerintah mulai 1 September 2024 akan menambah kuota FLPP sebanyak 34 ribu, dari 166 ribu menjadi 200 ribu unit.

"Kalau dikasih 34 ribu, kita sudah terima kasih untuk kuota subsidi, tapi sebetulnya masih ada kekurangan nantinya," kata Sekjen DPP Apersi Daniel Djumali kepada wartawan, Selasa (27/8/2024).

Baca juga: Pengusaha Properti: Parlemen Punya Peran Penting Jaga Kepastian Kuota Rumah Subsidi

Menurut dia, karena masih kurang, pemerintah bisa mengakalinya dengan menerapkan pola skema pembiayaan subsidi selisih bunga.

Ia juga menyarankan bisa diterapkan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM).

Daniel memandang, dengan menerapkan skema subsidi tersebut, biayanya akan jauh lebih kecil, tidak akan begitu membebani APBN.

Berita Rekomendasi

"Jadi kalau misalnya tambah lagi [kuota FLPP]-nya dengan subsidi selisih bunga, itu biayanya tidak terlalu besar," ujarnya.

Meski merasa penambahan ini kurang, ia tetap bersyukur pemerintah tetap memutuskan penambahan kuota ini karena sektor properti sedang goyah.

Ia menyebut sektor properti telah berhasil menyerap belasan juta tenaga kerja. Belum lagi efek berganda (multiplier effect) yang timbul.

"Belum lagi multiplier effect. Mulai dari batu, semen, pasir, besi, keramik, sampai gipsum, genteng, semuanya," ucap Daniel.

"Kalau rumah ditinggalin, ada lagi [multiplier effect-nya]. Misalnya, mulai furniturnya, meja, kursi, AC, kulkas, kompor. Itu bayangin berapa puluh juta lagi tenaga kerja diserap di sektor itu," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas