Eks Menkeu Bambang Brodjonegoro Komentari Tren Menguatnya Rupiah
Bambang mengatakan, bila inflasi AS bertahan di bawah 3 persen, akan membuat mereka berani untuk mulai mengurangi atau memotong tingkat suku bunga.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menguatnya rupiah ke sekitar Rp 15.400 per dolar Amerika Serikat (AS) dinilai sebagai respons pasca Amerika Serikat mengumumkan inflasinya berada di bawah 3 persen.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014 - 2016 Bambang Brodjonegoro.
Bambang mengatakan, bila inflasi AS bertahan di bawah 3 persen, akan membuat mereka berani untuk mulai mengurangi atau memotong tingkat suku bunga.
Baca juga: Rupiah Melemah dan Ditutup Rp15.509 Per Dolar AS, Kena Sentimen Risk-Off Pasar Global
"Pasti itu akan membuat outflow itu berkurang dan kemudian orang mulai melihat Indonesia baik saham maupun obligasinya menjadi menarik kembali ya. Karena spreadnya sudah mulai berkurang gitu," kata Bambang kepada wartawan di Kuningan, Jakarta Selatan, dikutip Jumat (30/8/2024).
Menurut pria yang juga Menteri PPN/Kepala Bappenas periode 2016 - 2019 itu, saat ini jangan dulu membahas target rupiah bisa menyentuh Rp 14 ribu per dolar AS atau tidak.
Kini yang paling penting rupiah dalam tren menguat. Diharapkan ada angka optimal dalam penguatan ini.
Sebab, jika suatu mata uang terus menguat, Bambang menyebut penguatannya juga tidak bisa terlalu kuat karena itu akan mengganggu, misalnya, daya saing dari segi ekspor.
"Jadi pasti ada suatu angka yang merupakan angka yang paling optimal ya, yang kita enggak akan tahu berapa karena itu memang tergantung kepada pergerakan pasar," ujarnya.
Tren penguatan rupiah yang sedang berlangsung ini pun dipandang akan berjalan cukup baik.
Baca juga: Digiland 2024 Berlangsung Sukses, UMKM Raih Nilai Transaksi 463 Juta Rupiah
"Saya kira akan berjalan, artinya gini. Sekarang kan belum dilakukan pemotongan tingkat bunga. Kemungkinan paling cepat bulan depan. Mungkin dua kali dalam setahun. Jadi ada kemungkinan di tahun ini penguatannya akan menjadi cukup baik ya," ucap Bambang.
Namun, Bambang mengingatkan bahwa rupiah sudah mengambil kesempatan terlebih dahulu sebelum tingkat bunganya benar-benar diturunkan.
Itu sebagaimana terlihat dari penguatan rupiah sebesar Rp 16.300 hingga sekarang Rp 15.400 per dolar AS, yang mana disebut Bambang sebagai front loading.
"Jadi, kemungkinan masih ada potensi penguatan, tetapi tentunya tidak bisa mengambilnya secara linear dengan membandingkan, 'Oh belum dipotong saja sudah menguat sekian. Apalagi kalau dipotong.'," jelas Bambang.
"Tidak bisa begitu lihatnya karena yang ini yang sebelum pemotongan ini kan lebih sifatnya front loading ya, mengantisipasi kira-kira akan ada penguatan yang seperti itu," pungkasnya.