Anak Buah Bahlil Ungkap Upaya Pemerintah Genjot Produksi Migas di Dalam Negeri
Pemerintah pada tahun 2024 telah menargetkan lifting migas 635.000 barel per hari (BPOD) dan lifting gas bumi sebagai sebesar 1,33 juta barel oil
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong optimalisasi produksi migas agar target sebagaimana Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2025 dapat tercapai.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ariana Soemanto mengungkapkan, pihaknya bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) terus menyiapkan berbagai strategi untuk mendukung hal tersebut.
Adapun, Pertamina selaku perusahaan pelat merah sektor migas menjadi salah satu andalan dalam menopang produksi minyak nasional.
Baca juga: Pasok Kebutuhan Pipa Migas, Inerco Teken KSO dengan Artas Petrogas Senilai Rp 5 Triliun
Diketahui, Pemerintah pada tahun 2024 telah menargetkan lifting migas 635.000 barel per hari (BPOD) dan lifting gas bumi sebagai sebesar 1,33 juta barel oil equivalent per hari.
"Saat ini, kontribusi lifting maupun produksi minyak nasional yang paling besar yaitu dari Pertamina Hulu Rokan sebesar 157 ribu barel per day. Disusul ExxonMobil Cepu sekitar 143 ribu barel per day. Sedangkan produksi minyak dari Pertamina grup jika ditotal menyumbang sekitar 60 persen, belum termasuk non-operating aset," ungkap Ariana dalam keterangannya, Senin (2/9/2024).
"Untuk mendukung target produksi nasional tahun depan, Pertamina Hulu Rokan direncanakan berkontribusi sekitar 165 ribu barel per day," sambungnya.
Selain itu, terkait dengan strategi reaktivasi sumur dan lapangan yang tak digarap alias idle, Kementerian ESDM, SKK Migas dan Pertamina telah lakukan pembahasan teknis.
Lapangan maupun sumur yang tadinya idle akan jadi prioritas untuk dikerjakan sendiri, atau dikerjasamakan dengan Mitra.
Dalam hal kerjasama dengan Mitra, Pemerintah akan mendukung Pertamina agar ketentuan dalam kerjasama antara Pertamina dengan Mitra menjadi lebih menarik dan bisa dieksekusi lebih cepat, sehingga tambahan produksi bisa segera didapat.
Terkait dengan intervensi teknologi, perusahaan migas China yakni Sinopec, akan masuk ke 5 lapangan Pertamina dengan teknologi peningkatan produksi.
Baca juga: Prospek Investasi Hulu Migas Indonesia Diprediksi Cerah 5 Tahun ke Depan
"Minggu lalu tim teknis dari ESDM, SKK Migas dan Pertamina ke China untuk evaluasi teknis penerapan teknologi tersebut di lapangan di China," papar Ariana.
"Selanjutnya, September ini Tim teknis Sinopec akan ke Indonesia untuk pejajakan teknologi tersebut ke 5 lapangan Pertamina. Kerjasama teknologi seperti ini akan terus didorong," lanjutnya.
Peningkatan produksi dari proyek baru maupun dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) besar akan dikawal dan didukung penuh.
Beberapa kebijakan baru saja terbit seperti Peraturan Menteri ESDM Nomor 13/2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Migas Gross Split yang baru, tentu akan dorong iklim investasi migas lebih positif.
Kementerian ESDM juga siapkan insentif hulu migas yang dapat memperbaiki keekonomian kontraktor agar lebih optimal, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 199/2021.
Selain itu, lelang blok migas baru, sekarang jauh lebih menarik. Bagi hasil migas untuk kontraktor saat ini bisa mencapai 50 persen. Dahulu hanya 15-30 persen saja.
Terkait strategi jangka menengah utamanya eksplorasi migas, dari 5 blok migas yang dilelang tahun 2024 tahap 1 pada bulan Mei 2024 lalu, sebanyak 3 blok penawaran langsung telah selesai evaluasi dan siap diumumkan. Sedangkan 2 blok sisanya yaitu lelang reguler masih dalam proses lelang.
"Selain itu, untuk lelang tahap 2024 tahap 2 juga nanti akan ada minimal 5 blok. Saat ini joint study eksplorasi migas sedang berjalan lebih dari 20 area termasuk di 5 fokus area Indonesia Timur. Nantinya area-area tersebut akan dilelang menjadi blok migas," pungkasnya.