Sri Mulyani Bantah Deflasi Berulang karena Terjadi Penurunan Daya Beli
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membantah terjadinya deflasi selama empat bulan beruntun dipicu oleh menurunnya daya beli masyarakat.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membantah terjadinya deflasi selama empat bulan beruntun dipicu oleh menurunnya daya beli masyarakat. Dia bilang, turunnya daya beli masyarakat biasanya tercermin dari inflasi inti.
Pada Agustus 2024 inflasi komponen inti tercatat sebesar 2,02 persen year on year (YoY), atau meningkat bila dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,95% YoY.
“Kalau lihat dari core inflasinya, masih positif, mungkin bukan dari situ (penurunan daya beli). Kalau deflasi berasal dari (penurunan) harga pangan memang diupayakan oleh pemerintah,” tutur Sri Mulyani kepada awak media, Senin (2/9/2024).
IKH pada Agustus 2024 mengalami deflasi salah satunya dikarenakan inflasi harga bergejolak atau volatile food turun menjadi 3,04% YoY, dari bulan sebelumnya sebesar 3,36% YoY.
Inflasi harga bergejolak yang turun ini mengindikasikan harga pangan yang cenderung turun.
Meski menandakan hal baik, Sri Mulyani menekankan, pihaknya akan tetap waspada dan tak lengah untuk menjaga tren inflasi ke depannya. “Tapi kita akan tetap waspada. Kalau core inflasinya masih cukup bagus masih tumbuh ya itu oke,” ungkapnya.
Baca juga: Deflasi Agustus Merupakan yang Keempat Kalinya di 2024, BPS: Bukan Fenomena Baru
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan, kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau. Ia mencatat kelompok tersebut mengalami deflasi sebesar 0,52% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,15%.
"Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen bergejolak di antaranya bawang merah, daging ayam ras, tomat dan telur ayam ras," ujarnya.
Laporan reporter: Siti Masitoh | Sumber: Kontan