Kementerian ESDM dan UK PACT Publikasikan Hasil Studi Mitigasi Risiko Proyek Efisiensi Energi
ESI merupakan salah satu upaya meningkatkan kepercayaan investor, khususnya terhadap pembiayaan proyek-proyek efisiensi energi berskala kecil.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Ecoxyztem Venture Builder dan mitra konsorsium Enertec mempublikasikan hasil studi terkait instrumen Energy Savings Insurance (ESI).
ESI merupakan salah satu upaya meningkatkan kepercayaan investor, khususnya terhadap pembiayaan proyek-proyek efisiensi energi berskala kecil.
Studi ini didanai oleh Kedutaan Besar Inggris di Jakarta melalui program MENTARI Efisiensi Energi UK PACT (UK Partnering for Accelerated Climate Transitions) dan diluncurkan di Jakarta pada 12 September 2024.
Baca juga: 20 Nama Tak Lolos Asesmen Profil Capim KPK, Eks Menteri ESDM hingga Petahana Gagal
Studi ini menegaskan bahwa Energy Savings Insurance (ESI) mampu mengurangi risiko proyek efisiensi energi secara signifikan, sehingga menjadikannya lebih layak dan menarik bagi investor serta mengembangkan bukti konsep dan kemitraan strategis yang penting untuk replikasi ESI di masa depan.
ESI merupakan asuransi untuk menjamin kinerja peralatan efisiensi energi yang dipasang oleh energy saving company (ESCO) di fasilitas pemilik gedung.
Jika penghematan energi yang dijanjikan dalam kontrak tidak tercapai, perusahaan asuransi akan menutupi selisih penghematan yang tidak tercapai tersebut serta memberikan jaminan finansial kepada pemilik gedung.
Dana dari asuransi ini dapat digunakan untuk membayar pinjaman kepada pemberi dana. Meskipun proyek ESCO umumnya berskala kecil, potensinya sangat besar dengan jumlah proyek yang signifikan di berbagai sektor.
Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan dalam Forum Group Discussion “Public-Private Dialogue on Unlocking Financing for Energy Efficiency: De-Risking Instruments and Opportunities for Energy Savings Insurance in Indonesia”, bekerja sama dengan OECD-CEFIM, pada tanggal 30 Mei 2024, sekitar 46,3 persen dan 33,3% pemangku kepentingan mengindikasikan bahwa ESI mempunyai potensi atau potensi kuat untuk memfasilitasi perluasan pasar efisiensi energi di Indonesia.
Di antara pelaku utama pasar efisiensi energi – industri asuransi, lembaga keuangan, dan penyedia teknologi atau ESCO – hanya industri asuransi yang masih belum yakin dengan potensi manfaat ESI.
Baca juga: ESDM: Finalisasi Aturan Pembatasan BBM Subsidi Selesai Bulan Depan
Hendra Iswahyudi selaku Direktur Konservasi Energi, Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM, mengungkapkan, studi kelayakan ESI ini tidak hanya menjadi langkah strategis dalam mempercepat adopsi teknologi efisiensi energi di seluruh negeri, tetapi juga memberikan kepastian finansial bagi para pemilik gedung dan ESCO.
Menurut dia, hal ini memastikan bahwa risiko kegagalan penghematan energi dapat diminimalisir, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan terhadap model bisnis efisiensi.
"Studi kelayakan ESI ini akan berkontribusi signifikan terhadap tujuan nasional kami dalam pengurangan emisi karbon, sekaligus memperkuat ketahanan energi Indonesia di masa mendatang," ujarnya dikutip dari siaran pers, Jumat, 13 September 2024.
Direktur Pembangunan Inggris untuk Indonesia Amanda McLoughlin mengatakan, pemerintah Inggris terus mendukung Pemerintah Indonesia dalam upayanya mengurangi emisi gas rumah kaca, salah satunya melalui program MENTARI Efisiensi Energi.
"Seiring perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Inggris dan Indonesia tahun ini, kolaborasi ini mencerminkan komitmen bersama kami untuk mewujudkan planet yang lebih hijau dan lestari di masa depan untuk kita semua,” ujarnya.