Pakai Kendaraan Listrik Tapi Sumber Energi Masih Fosil, ESDM Bilang Begini
Penggunaan kendaraan listrik masih menuai pro dan kontra. Kritik yang kerap dilontarkan adalah sumber energi
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
Komaidi memandang bahwa konsumen menginginkan EV yang ruang tamu dan dapurnya bersih.
Dengan kata lain, sumber energi dari EV itu tidak bisa lagi berasal dari fosil.
Ia juga mengatakan, beberapa jurnal internasional menunjukkan bahwa ketika sumber listrik sebuah EV masih berasal dari fosil, itu tidak lebih baik dibandingkan kendaraan berbasis BBM.
Kalau di dapurnya masih pakai batu bara, ia menyebut jejak karbonnya belum tentu lebih baik dibandingkan jejak karbon mobil-mobil berbahan bakar BBM.
"Nah yang cukup menarik ada beberapa jurnal internasional menyampaikan bahwa ketika sumber listriknya itu masih pakai fosil atau bahkan batu bara sebagian besar, itu ada komparasi bahkan tidak jauh lebih baik dibandingkan BBM," ujar Komaidi.
"Karena gridnya emisi itu kalau di fosil yang paling tinggi adalah batubara, kemudian minyak, kemudian gas," lanjutnya.
Selain konsumen, investor EV juga menaruh perhatian dalam persoalan ini.
Komaidi bilang, para investor memiliki komitmen dalam mengembangkan EV harus berbasis energi bersih.
"Investor punya komitmen nih. Kalau memang kita mengembangkan EV, sumbernya yang bersih dong. Artinya dapurnya juga bersih supaya ruang tamunya juga bersih. Itu ada manfaatnya juga begitu," ucapnya.
Oleh karena itu, penggunaan EV di Indonesia dinilai jangan hanya memindahkan emisi dari satu tempat ke tempat lain.
"Jadi ibaratnya itu emisinya jangan memindahkan saja nih. Di Jakarta emisinya bersih, tetapi di pinggirannya naik. Jadi hanya memindahkan emisi di Jakarta ke sana begitu. Nah ini yang tuntutannya investor sebetulnya mengarah ke arah sana," tutur Komaidi.
"Saya kira hampir semua penggerak atau penggiat lingkungan sepakat ke arah situ," pungkasnya